Protes Kudeta Militer, Rakyat Myanmar Bunyikan Klakson dan Pukuli Panci

Rabu, 03 Februari 2021 - 02:02 WIB
"Kutukan kudeta berakar di negara kami dan inilah alasan mengapa negara kami masih tetap miskin. Saya merasa sedih dan kesal untuk sesama warga negara dan untuk masa depan mereka," kata mantan tahanan politik itu, seperti dilansir dari AP, Rabu (3/2/2021).

"Semua pemilih yang mendukung kami dalam pemilihan umum 2020 harus mengikuti instruksi Aung San Suu Kyi untuk melakukan pembangkangan sipil," katanya, merujuk pada catatan yang di-posting Senin di Facebook yang dikaitkan dengan Suu Kyi.



Juru bicara NLD, Kyi Toe, mengatakan militer mulai mencabut pembatasan pada Selasa terhadap ratusan anggota parlemen yang dikurung di kompleks perumahan pemerintah yang dijaga, di mana pemerintah baru menyuruh mereka kembali ke rumah.

Dia mengatakan Suu Kyi dalam keadaan sehat di lokasi terpisah di mana dia ditahan dan akan tinggal di sana untuk sementara waktu. Komentarnya tidak dapat segera dikonfirmasi.

Kudeta itu terjadi ketika anggota parlemen berkumpul di ibu kota untuk pembukaan sesi parlemen baru. Militer mengatakan pengambilalihan kekusaan perlu karena pemerintah tidak bertindak atas tuduhan kecurangan—yang tanpa bukti—dalam pemilu November lalu. Pemilu itu dimenangkan secara telak oleh NLD.

Baca Juga: Meski Tak Seliar Dulu, Popularitas Rossi Tetap Melebihi Bintang Sepak Bola Italia

Militer mengeklaim pengambilalihan kekuasaan itu legal berdasarkan konstitusi. Namun, kudeta itu dikecam dunia internasional.

Kudeta tersebut menyoroti sejauh mana para jenderal pada akhirnya mempertahankan kendali di Myanmar, meskipun lebih dari satu dekade pembicaraan tentang reformasi demokrasi.

Negara-negara Barat sejatinya telah menyambut langkah Myanmar menuju demokrasi dengan antusias, di mana sanksi yang mereka jatuhkan terhadap negara itu selama bertahun-tahun dicabut. Setelah kudeta militer di Myanmar, Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat militer.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More