Terungkap, 13 Pesawat Tempur China Berpura-pura Serang Kapal Induk AS
Sabtu, 30 Januari 2021 - 09:48 WIB
Meskipun tidak dilaporkan menjadi bagian dari misi minggu lalu, perlu disebutkan bahwa Angkatan Udara PLA juga telah mengembangkan varian lebih lanjut dari H-6K, yang disebut H-6N, yang secara khusus dirancang sebagai peluncur rudal balistik.
Senjata utama pesawat pembom China itu adalah CH-AS-X-13, juga dikenal sebagai DF-21D, versi peluncuran udara dari Rudal Balistik Anti-Kapal (AShBM) DF-21. Misil tersebut dijuluki sebagai rudal "pembunuh kapal induk".
Meskipun para ahli China mengatakan bahwa Beijing tidak mau mengambil risiko konflik terbuka dengan AS, langkah Beijing selama ini dirancang untuk memaksa AS menyesuaikan posturnya di Asia.
Pemerintahan AS yang baru memperingatkan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan. "Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan," kata Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga: Nyamar Agar Bisa Dapat Vaksin COVID-19, Jutawan Kanada Terancam Dibui
Meskipun diharapkan bahwa pemerintahan AS yang baru tidak semrawut seperti pendahulunya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, minggu ini setuju dengan pemerintahan Trump bahwa pemerintah China melalukan penindasan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan komunitas Muslim Uighur itu harus dianggap sebagai "genosida" dan setuju dengan "pendekatan yang lebih keras" terhadap China.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Senjata utama pesawat pembom China itu adalah CH-AS-X-13, juga dikenal sebagai DF-21D, versi peluncuran udara dari Rudal Balistik Anti-Kapal (AShBM) DF-21. Misil tersebut dijuluki sebagai rudal "pembunuh kapal induk".
Meskipun para ahli China mengatakan bahwa Beijing tidak mau mengambil risiko konflik terbuka dengan AS, langkah Beijing selama ini dirancang untuk memaksa AS menyesuaikan posturnya di Asia.
Pemerintahan AS yang baru memperingatkan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan. "Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik dan ekonomi terhadap Taiwan," kata Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga: Nyamar Agar Bisa Dapat Vaksin COVID-19, Jutawan Kanada Terancam Dibui
Meskipun diharapkan bahwa pemerintahan AS yang baru tidak semrawut seperti pendahulunya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, minggu ini setuju dengan pemerintahan Trump bahwa pemerintah China melalukan penindasan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan komunitas Muslim Uighur itu harus dianggap sebagai "genosida" dan setuju dengan "pendekatan yang lebih keras" terhadap China.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(min)
tulis komentar anda