Tentara Bayaran yang Didukung Rusia Gali Parit Raksasa di Libya

Jum'at, 22 Januari 2021 - 21:39 WIB
Perang juga menghancurkan negara Mediterania yang kaya minyak dan vital secara strategis itu.

Kesepakatan damai Oktober, yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dimaksudkan agar semua pasukan asing meninggalkan negara itu pada 23 Januari.

Penarikan para pejuang sing itu dilakukan untuk membangun kepercayaan dan menciptakan perdamaian.

Parit dan benteng itu tampaknya dirancang untuk menghalangi atau menghentikan serangan darat di daerah-daerah yang dikendalikan LNA di timur.

Parit itu melintasi wilayah pesisir Libya yang berpenduduk padat dan paling banyak mengalami perang sejak jatuhnya rezim Moammar Gadhafi pada 2011.

GNA telah memposting gambar excavator dan truk yang membuat parit dan tanggul. Penggalian itu tampaknya berlangsung hingga bulan ini.

“Parit tersebut adalah alasan lain kami tidak melihat niat atau gerakan baik oleh pasukan Turki atau Rusia untuk mematuhi perjanjian yang ditengahi PBB,” ungkap pejabat intelijen AS.

“Kehadiran parit itu berpotensi menggagalkan proses perdamaian dan gencatan senjata yang sudah rapuh. Ini akan menjadi tahun yang sangat sulit ke depan," papar pejabat intelijen AS.

Pemantauan open source memetakan lebih dari 30 posisi pertahanan yang digali ke gurun dan lereng bukit yang membentang sekitar 70 kilometer.

Citra satelit dari Maxar menunjukkan parit yang membentang di sepanjang jalan utama dan benteng yang digali juga oleh tentara bayaran Wagner dan kontraktornya.

Gambar menunjukkan pertahanan di sekitar pangkalan udara Jufra dan juga lapangan udara Brak lebih jauh ke selatan, di mana pertahanan radar telah dipasang dan dibentengi.

Menteri Pertahanan GNA Salaheddin Al-Namroush menyatakan, "Saya tidak berpikir ada yang menggali parit hari ini dan membuat bala bantuan ini akan pergi dalam waktu dekat."

“Parit itu memang mengkhawatirkan dan pembicaraan tentang itu telah beredar di antara para diplomat selama beberapa pekan terakhir. Ini sedang berlangsung dan menunjukkan Moskow memperkuat kehadirannya di Libya," ungkap Claudia Gazzini, dari International Crisis Group.

Para analis mengatakan Kremlin ingin meningkatkan kehadiran dan pengaruh militernya di Mediterania, di sepanjang sisi selatan NATO, dengan bonus tambahan keterlibatan dan keuntungan dari industri minyak Libya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More