Iran Gelar Latihan Militer di Pantai Teluk Oman
Selasa, 19 Januari 2021 - 17:32 WIB
TEHERAN - Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan militer negara itu telah memulai latihan pasukan darat pada hari Selasa (19/1/2021) di sepanjang pantai Teluk Oman. Ini adalah latihan militer terbaru dari serangkaian latihan cepat yang dilakukan Iran di tengah meningkatnya ketegangan atas program nuklirnya dan kampanye tekanan Washington terhadap Teheran.
Menurut laporan tersebut, unit komando dan infanteri udara Iran turut berpartisipasi dalam latihan tahunan tersebut, bersama dengan jet tempur, helikopter, dan pesawat angkut militer. Latihan tersebut diawasi langsung oleh Kepala Angkatan Darat Nasional Iran, Abdolrahim Mousavi, seperti dinukil dari Al Arabiya.
Iran baru-baru ini meningkatkan latihan militer sebagai bagian dari upaya untuk menekan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden , atas perjanjian nuklir yang ditarik oleh Presiden Donald Trump . Biden mengatakan AS dapat bergabung kembali dengan perjanjian multinasional yang dimaksudkan untuk menahan program nuklir Iran itu.
Pada hari Sabtu, paramiliter Garda Revolusi Iran (IRGC) melakukan latihan, meluncurkan rudal balistik anti-kapal perang pada sasaran simulasi pada jarak sekitar 1.800 kilometer di Samudra Hindia. Peluncuran ini dilakukan sehari setelah divisi kedirgantaraan IRGC meluncurkan rudal balistik permukaan-ke-permukaan dan drone melawan "pangkalan musuh" di gurun tengah negara yang luas.
Kamis lalu, angkatan laut Iran juga menembakkan rudal jelajah sebagai bagian dari latihan angkatan laut di Teluk Oman, di bawah pengawasan kapal selam nuklir Amerika Serikat.
Awal pekan lalu, pasukan yang berafiliasi dengan IRGC melakukan manuver terbatas di Teluk Persia setelah latihan besar-besaran khusus drone di separuh negara itu pada awal Januari lalu.
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat di tengah serangkaian insiden yang berasal dari penarikan sepihak Trump atas kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia.
Pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump, Teheran menyita sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan (Korsel) dan mulai memperkaya uranium lebih dekat ke tingkat senjata, sementara AS mengirim pembom B-52, kapal induk USS Nimitz, dan kapal selam nuklirnya ke wilayah tersebut.
Trump pada 2018 secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran, di mana Teheran telah setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Trump mengutip program rudal balistik Iran di antara masalah lain sebagai alasan menarik diri dari perjanjian tersebut.
Ketika AS kemudian menaikkan sanksi ekonomi, Iran secara bertahap meninggalkan batasan yang diberlakukan oleh kesepakatan pada pengembangan nuklirnya itu.
Menurut laporan tersebut, unit komando dan infanteri udara Iran turut berpartisipasi dalam latihan tahunan tersebut, bersama dengan jet tempur, helikopter, dan pesawat angkut militer. Latihan tersebut diawasi langsung oleh Kepala Angkatan Darat Nasional Iran, Abdolrahim Mousavi, seperti dinukil dari Al Arabiya.
Iran baru-baru ini meningkatkan latihan militer sebagai bagian dari upaya untuk menekan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden , atas perjanjian nuklir yang ditarik oleh Presiden Donald Trump . Biden mengatakan AS dapat bergabung kembali dengan perjanjian multinasional yang dimaksudkan untuk menahan program nuklir Iran itu.
Pada hari Sabtu, paramiliter Garda Revolusi Iran (IRGC) melakukan latihan, meluncurkan rudal balistik anti-kapal perang pada sasaran simulasi pada jarak sekitar 1.800 kilometer di Samudra Hindia. Peluncuran ini dilakukan sehari setelah divisi kedirgantaraan IRGC meluncurkan rudal balistik permukaan-ke-permukaan dan drone melawan "pangkalan musuh" di gurun tengah negara yang luas.
Kamis lalu, angkatan laut Iran juga menembakkan rudal jelajah sebagai bagian dari latihan angkatan laut di Teluk Oman, di bawah pengawasan kapal selam nuklir Amerika Serikat.
Awal pekan lalu, pasukan yang berafiliasi dengan IRGC melakukan manuver terbatas di Teluk Persia setelah latihan besar-besaran khusus drone di separuh negara itu pada awal Januari lalu.
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat di tengah serangkaian insiden yang berasal dari penarikan sepihak Trump atas kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia.
Pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump, Teheran menyita sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan (Korsel) dan mulai memperkaya uranium lebih dekat ke tingkat senjata, sementara AS mengirim pembom B-52, kapal induk USS Nimitz, dan kapal selam nuklirnya ke wilayah tersebut.
Trump pada 2018 secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran, di mana Teheran telah setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Trump mengutip program rudal balistik Iran di antara masalah lain sebagai alasan menarik diri dari perjanjian tersebut.
Ketika AS kemudian menaikkan sanksi ekonomi, Iran secara bertahap meninggalkan batasan yang diberlakukan oleh kesepakatan pada pengembangan nuklirnya itu.
(ber)
tulis komentar anda