Terungkap, China Tugaskan Tentara dan Buzzer Berangus Berita COVID-19
Selasa, 22 Desember 2020 - 17:32 WIB
Sehari setelah kematian Li Wenliang, arahan menyertakan sampel materi yang dianggap memanfaatkan insiden ini untuk membangkitkan opini publik: sebuah wawancara video di mana ibu Li mengenang putranya sambil menangis.
Pemeriksaan itu tidak berhenti di hari-hari berikutnya. “Beri perhatian khusus pada postingan dengan gambar lilin, orang-orang yang memakai masker, gambar yang seluruhnya hitam atau upaya lain untuk meningkatkan atau menghipnotis insiden tersebut,” demikian bunyi arahan kepada kantor-kantor CAC setempat.
Sejumlah besar tugu peringatan online mulai menghilang. Polisi menahan beberapa orang yang membentuk kelompok untuk mengarsipkan postingan yang dihapus.(Baca juga: WHO: Beijing Sambut Rencana Pengiriman Tim Investigasi Covid-19 ke China )
Menurut satu dokumen yang menjelaskan perangkat lunak tersebut, pemberi komentar di kota Guangzhou bagian selatan dibayar USD25 untuk kiriman asli yang lebih dari 400 karakter. Menandai komentar negatif untuk dihapus dibayar 40 sen. Repost masing-masing bernilai satu sen.
Seiring waktu, laporan kantor CAC kembali ke topik pemantauan yang tidak terkait dengan virus: proyek konstruksi yang berisik membuat orang terjaga di malam hari, hujan lebat yang menyebabkan banjir di stasiun kereta.
Terkait laporan ini, pihak CAC dan Urun tidak menanggapi permintaan komentar.
Amerika Serikat dan negara-negara lain selama berbulan-bulan menuduh China berusaha menyembunyikan luasnya wabah pada tahap awal. Namun China dengan tegas membantah tudingan tersebut.(Baca juga: Relawan Alami 'Kejadian Serius', Peru Hentikan Uji Coba Vaksin Sinopharm )
Pemeriksaan itu tidak berhenti di hari-hari berikutnya. “Beri perhatian khusus pada postingan dengan gambar lilin, orang-orang yang memakai masker, gambar yang seluruhnya hitam atau upaya lain untuk meningkatkan atau menghipnotis insiden tersebut,” demikian bunyi arahan kepada kantor-kantor CAC setempat.
Sejumlah besar tugu peringatan online mulai menghilang. Polisi menahan beberapa orang yang membentuk kelompok untuk mengarsipkan postingan yang dihapus.(Baca juga: WHO: Beijing Sambut Rencana Pengiriman Tim Investigasi Covid-19 ke China )
Menurut satu dokumen yang menjelaskan perangkat lunak tersebut, pemberi komentar di kota Guangzhou bagian selatan dibayar USD25 untuk kiriman asli yang lebih dari 400 karakter. Menandai komentar negatif untuk dihapus dibayar 40 sen. Repost masing-masing bernilai satu sen.
Seiring waktu, laporan kantor CAC kembali ke topik pemantauan yang tidak terkait dengan virus: proyek konstruksi yang berisik membuat orang terjaga di malam hari, hujan lebat yang menyebabkan banjir di stasiun kereta.
Terkait laporan ini, pihak CAC dan Urun tidak menanggapi permintaan komentar.
Amerika Serikat dan negara-negara lain selama berbulan-bulan menuduh China berusaha menyembunyikan luasnya wabah pada tahap awal. Namun China dengan tegas membantah tudingan tersebut.(Baca juga: Relawan Alami 'Kejadian Serius', Peru Hentikan Uji Coba Vaksin Sinopharm )
(ber)
tulis komentar anda