Dunia Waspadai Covid-19 Gelombang Kedua
Rabu, 13 Mei 2020 - 06:20 WIB
Dari China dilaporkan, jumlah kasus Covid-19 menunjukkan peningkatan yakni 17 kasus baru pada Minggu (10/5/2020). Itu menjadi angka tertinggi sejak 28 April silam. Kasus baru tersebut kasus impor termasuk warga China yang baru datang dari luar negeri. Selain itu, lima kasus baru juga berasal dari Wuhan, pusat epidemi virus corona. Itu memicu kekhawatiran kalau penyebaran virus corona akan kembali meluas lagi di Wuhan.
Sementara itu, berdasarkan kajian pandemi sebelumnya, para pakar memperkirakan gelombang kedua terjadi pada waktu yang tidak terlalu jauh dari titik puncak wabah. Kekhawatiran munculnya gelombang kedua karena banyak negara sudah memberlakukan pelanggaran lockdown mulai dari Jerman, Prancis, hingga Inggris.
Juru bicara Komisi Eropa Stefan de Keersmaecker memperingatkan, anggota Uni Eropa seharusnya mempersiapkan inspeksi virus korona gelombang kedua. “Semua pihak harus mengambil kesempatan untuk memperkuat sistem pengawasan,” katanya.
Jokowi Target Sebelum Lebaran
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kasus tertinggi positif korona terdata di Pulau Jawa. Demikian juga angka kematian mayoritas di Pulau Jawa. “Berdasarkan data Gugus Tugas, 70% kasus ada di Pulau Jawa. Demikian juga dengan angka tertinggi kematian 82% juga ada di Jawa,” katanya saat membuka rapat terbatas kemarin.
Dia pun meminta Gugus Tugas memastikan pengendalian korona di Pulau Jawa berjalan optimal. Jokowi menarget sebelum Lebaran, pengendalian Covid-19 ini bisa benar-benar maksimal. “Terutama dalam waktu dua minggu ke depan. Ini kesempatan kita mungkin sampai Lebaran. Itu harus betul-betul kita gunakan,” tuturnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan, kawasan Jabodetabek yang sebelumnya menjadi episentrum wabah Covid-19 telah menurun. Kecenderungan peningkatan kasus positif saat ini justru terlihat di Jawa Timur (Jatim). “Kita sepakati PSBB akan dilanjutkan berbagai daerah yang sudah melakukan PSBB, sudah 23 daerah,” kata Bidang Operasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dody Ruswandi dalam Rapat Dengar Pendapat Virtual Komisi VIII DPR dengan BNPB kemarin. (Baca juga: Demi Uji Vaksin, 14.000 Orang Akan Diinfeksi Virus Corona)
Penurunan di Jabodetabek antara lain terjadi di wilayah Bogor. Sedangkan di Bekasi belum turun signifikan karena banyak pabrik yang masih beroperasi. “Beberapa (pabrik) daerah Jabodetabek betul-betul ditutup sehingga arus transportasi ke Jakarta berkurang karena meningkatnya kasus berhubungan dengan arus transportasi,” jelas Plt Deputi Bidang Penanganan Darurat 2 BNPB ini.
Dody mengungkapkan, dari prediksi BNPB, Indonesia ditargetkan masuk puncak pandemi pada akhir Mei atau awal Juni. Tren peningkatan kasus secara drastis saat ini karena BNPB juga tengah meningkatkan kemampuan testing dan kapasitas rumah sakit (RS) di berbagai daerah. “Soal PSBB, pusat mungkin sudah mulai turun, tapi daerah mulai naik. Daerah ini harapannya memang hasil positif kita targetkan untuk naik karena kita itu ditargetkan Pak Presiden bisa 10.000 testing hari,” sebutnya.
Dody menjelaskan, secara teknis memang harus ada peningkatan kasus agar pemerintah bisa mempercepat penyelesaian pandemi Covid-19 ini. Harapannya akan ada penambahan sebanyak 40.000 kasus positif pada minggu depan agar jumlah tersebut bisa mewakili daerah yang termasuk zona merah. “Ini tidak ada hubungan langsung, testing dengan yang di rumah sakit. Yang kita jaga justru yang meninggal ini karena secara statistik yang meninggal 6-7% yang kritis dari semua yang positif,” terangnya. (Andika H Mustaqim/Dita Angga/Kiswondari)
Sementara itu, berdasarkan kajian pandemi sebelumnya, para pakar memperkirakan gelombang kedua terjadi pada waktu yang tidak terlalu jauh dari titik puncak wabah. Kekhawatiran munculnya gelombang kedua karena banyak negara sudah memberlakukan pelanggaran lockdown mulai dari Jerman, Prancis, hingga Inggris.
Juru bicara Komisi Eropa Stefan de Keersmaecker memperingatkan, anggota Uni Eropa seharusnya mempersiapkan inspeksi virus korona gelombang kedua. “Semua pihak harus mengambil kesempatan untuk memperkuat sistem pengawasan,” katanya.
Jokowi Target Sebelum Lebaran
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kasus tertinggi positif korona terdata di Pulau Jawa. Demikian juga angka kematian mayoritas di Pulau Jawa. “Berdasarkan data Gugus Tugas, 70% kasus ada di Pulau Jawa. Demikian juga dengan angka tertinggi kematian 82% juga ada di Jawa,” katanya saat membuka rapat terbatas kemarin.
Dia pun meminta Gugus Tugas memastikan pengendalian korona di Pulau Jawa berjalan optimal. Jokowi menarget sebelum Lebaran, pengendalian Covid-19 ini bisa benar-benar maksimal. “Terutama dalam waktu dua minggu ke depan. Ini kesempatan kita mungkin sampai Lebaran. Itu harus betul-betul kita gunakan,” tuturnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan, kawasan Jabodetabek yang sebelumnya menjadi episentrum wabah Covid-19 telah menurun. Kecenderungan peningkatan kasus positif saat ini justru terlihat di Jawa Timur (Jatim). “Kita sepakati PSBB akan dilanjutkan berbagai daerah yang sudah melakukan PSBB, sudah 23 daerah,” kata Bidang Operasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dody Ruswandi dalam Rapat Dengar Pendapat Virtual Komisi VIII DPR dengan BNPB kemarin. (Baca juga: Demi Uji Vaksin, 14.000 Orang Akan Diinfeksi Virus Corona)
Penurunan di Jabodetabek antara lain terjadi di wilayah Bogor. Sedangkan di Bekasi belum turun signifikan karena banyak pabrik yang masih beroperasi. “Beberapa (pabrik) daerah Jabodetabek betul-betul ditutup sehingga arus transportasi ke Jakarta berkurang karena meningkatnya kasus berhubungan dengan arus transportasi,” jelas Plt Deputi Bidang Penanganan Darurat 2 BNPB ini.
Dody mengungkapkan, dari prediksi BNPB, Indonesia ditargetkan masuk puncak pandemi pada akhir Mei atau awal Juni. Tren peningkatan kasus secara drastis saat ini karena BNPB juga tengah meningkatkan kemampuan testing dan kapasitas rumah sakit (RS) di berbagai daerah. “Soal PSBB, pusat mungkin sudah mulai turun, tapi daerah mulai naik. Daerah ini harapannya memang hasil positif kita targetkan untuk naik karena kita itu ditargetkan Pak Presiden bisa 10.000 testing hari,” sebutnya.
Dody menjelaskan, secara teknis memang harus ada peningkatan kasus agar pemerintah bisa mempercepat penyelesaian pandemi Covid-19 ini. Harapannya akan ada penambahan sebanyak 40.000 kasus positif pada minggu depan agar jumlah tersebut bisa mewakili daerah yang termasuk zona merah. “Ini tidak ada hubungan langsung, testing dengan yang di rumah sakit. Yang kita jaga justru yang meninggal ini karena secara statistik yang meninggal 6-7% yang kritis dari semua yang positif,” terangnya. (Andika H Mustaqim/Dita Angga/Kiswondari)
tulis komentar anda