Waspada Mutasi Baru Corona
Selasa, 17 November 2020 - 06:10 WIB
“Kita perlu menunggu dan melihat apa dampaknya, tetapi saya tidak berpikir kita harus sampai pada kesimpulan apa pun tentang apakah mutasi khusus ini akan berdampak pada kemanjuran vaksin," kata kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, dilansir BBC. (Baca juga: Erdogan tawarkan Solusi Dua Negara Terpisah untuk Siprus)
Sama seperti virus lain, corona akan bermutasi dari waktu ke waktu. Namun, belum ada bukti bahwa mutasi yang ditemukan di Denmark berbahaya bagi manusia. Untuk risiko penularan virus korona dari makanan beku, menurut WHO, hingga kini relatif rendah. WHO pun tidak menyarankan makanan beku untuk diberi disinfektan. CDC AS juga menyatakan penyebaran virus corona tidak berkaitan dengan makanan.
Angela Rasmussen, pakar virus dari Universitas Columbia, New York, mengaku menunggu bukti lebih banyak dari kasus cerpelai tersebut. "Perlunya komunitas ilmuwan mengevaluasi klaim transmisi penularan virus corona dari cerpelai," katanya.
Virus corona yang awalnya berkembang dari mutasi dan variasi baru memang tidak lebih berbahaya dibandingkan jenis virus yang sama. Sejauh ini tidak ada petunjuk virus corona lebih cepat menular dan berbahaya dibandingkan sebelumnya.
Kontaminasi cerpelai dengan virus corona di peternakan baik di Belanda, Spanyol, Swedia, dan Amerika Serikat (AS) memang bukan hal baru. Sejumlah kasus manusia yang terinfeksi virus korona dari cerpelai pernah dilaporkan sebelumnya.
Di China, kasus daging babi yang mengandung virus corona juga dilaporkan di Zhengzhou, Provinsi Henan dan Xian, ibu kota Provinsi Shaanxi. Dua kasus tersebut tidak saling terkait. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menegaskan bahwa produk daging asal Selandia Baru tidak mengandung Covid-19. "Kami percaya diri bahwa kami tidak mengekspor daging yang mengandung Covid-19, status kami sangat jelas bahwa kami bebas Covid-19," katanya dilansir Stuff. (Lihat videonya: Arab Saudi Tutup Kembali Izin Umrah untuk Jamaah Indonesia)
Meski begitu, Ardern mengungkapkan, daging asal Selandia Baru memang disimpan bersama produk daging asal Argentina yang dinyatakan positif mengandung virus corona. Para pakar juga masih berbeda pendapat mengenai persebaran virus corona melalui makanan beku. Meskipun, ada pendapat menyatakan temperatur dingin bisa menjaga virus corona tetap bertahan. "Risiko penularan virus corona melalui makanan beku memang rendah," ujar Siddharth Sridhar, pakar mikrobiologi di Universitas Hong Kong.
Namun, para peneliti masih mengkaji bagaimana virus corona masih aktif di permukaan makanan. Kajian WHO menunjukkan virus corona bisa bertahan selama dua tahun pada suhu -20 derajat Celsius. "Semua yang kita tahu, transmisi virus corona dari manusia saat bersin," kata Emanuel Goldman, profesor mikrobiologi di Universitas Rutgers. (Andika H Mustaqim/Faorick Pakpahan)
Sama seperti virus lain, corona akan bermutasi dari waktu ke waktu. Namun, belum ada bukti bahwa mutasi yang ditemukan di Denmark berbahaya bagi manusia. Untuk risiko penularan virus korona dari makanan beku, menurut WHO, hingga kini relatif rendah. WHO pun tidak menyarankan makanan beku untuk diberi disinfektan. CDC AS juga menyatakan penyebaran virus corona tidak berkaitan dengan makanan.
Angela Rasmussen, pakar virus dari Universitas Columbia, New York, mengaku menunggu bukti lebih banyak dari kasus cerpelai tersebut. "Perlunya komunitas ilmuwan mengevaluasi klaim transmisi penularan virus corona dari cerpelai," katanya.
Virus corona yang awalnya berkembang dari mutasi dan variasi baru memang tidak lebih berbahaya dibandingkan jenis virus yang sama. Sejauh ini tidak ada petunjuk virus corona lebih cepat menular dan berbahaya dibandingkan sebelumnya.
Kontaminasi cerpelai dengan virus corona di peternakan baik di Belanda, Spanyol, Swedia, dan Amerika Serikat (AS) memang bukan hal baru. Sejumlah kasus manusia yang terinfeksi virus korona dari cerpelai pernah dilaporkan sebelumnya.
Di China, kasus daging babi yang mengandung virus corona juga dilaporkan di Zhengzhou, Provinsi Henan dan Xian, ibu kota Provinsi Shaanxi. Dua kasus tersebut tidak saling terkait. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menegaskan bahwa produk daging asal Selandia Baru tidak mengandung Covid-19. "Kami percaya diri bahwa kami tidak mengekspor daging yang mengandung Covid-19, status kami sangat jelas bahwa kami bebas Covid-19," katanya dilansir Stuff. (Lihat videonya: Arab Saudi Tutup Kembali Izin Umrah untuk Jamaah Indonesia)
Meski begitu, Ardern mengungkapkan, daging asal Selandia Baru memang disimpan bersama produk daging asal Argentina yang dinyatakan positif mengandung virus corona. Para pakar juga masih berbeda pendapat mengenai persebaran virus corona melalui makanan beku. Meskipun, ada pendapat menyatakan temperatur dingin bisa menjaga virus corona tetap bertahan. "Risiko penularan virus corona melalui makanan beku memang rendah," ujar Siddharth Sridhar, pakar mikrobiologi di Universitas Hong Kong.
Namun, para peneliti masih mengkaji bagaimana virus corona masih aktif di permukaan makanan. Kajian WHO menunjukkan virus corona bisa bertahan selama dua tahun pada suhu -20 derajat Celsius. "Semua yang kita tahu, transmisi virus corona dari manusia saat bersin," kata Emanuel Goldman, profesor mikrobiologi di Universitas Rutgers. (Andika H Mustaqim/Faorick Pakpahan)
(ysw)
tulis komentar anda