Macron Sebut Posisinya Bukan Mendukung Konten Kartun
Senin, 02 November 2020 - 12:15 WIB
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku dirinya memahami kemarahan umat Muslim yang dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad. Namun, dia mengatakan dirinya tidak pernah bisa menerima pembenaran atas tindakan kekerasan.
Macron mengatakan posisinya telah disalahpahami bahwa perannya bukanlah mendukung konten kartun, tetapi untuk membela hak atas kebebasan berekspresi. "Prancis berada dalam kondisi syok setelah serangan ini, dengan perasaan sedih dan marah. Dan untuk pertama kalinya saat kami mengalami serangan ini, ada reaksi kuat yang menyerang Prancis secara internasional, atas dasar banyak kesalahpahaman dan itulah mengapa saya ingin menjernihkannya," ujar Macron kepada Aljazeera.
Pernyataan itu disampaikan setelah serangan mematikan di sebuah gereja di Nice, yang menewaskan tiga orang. Ini adalah insiden serangan ketiga yang diduga dilakukan oleh kelompok radikal dalam satu bulan terakhir. Beberapa mendesak pemboikotan produk Prancis setelah Macron membela hak untuk menggunakan gambar tersebut, dalam konteks kebebasan berekspresi. (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)
Pada Sabtu (31/10/2020), seorang pendeta Orthodoks ditembak dan terluka di Lyon. Pelaku penembakan telah ditangkap, namun hingga kini belum diketahui motif serangan tersebut dan pihak berwenang masih melakukan penyelidikan.
Macron mengatakan, dia meyakini bahwa reaksi keras dari negara-negara Muslim karena orang-orang telah salah memahami bahwa dia mendukung kartun itu, atau bahwa kartun itu dibuat oleh pemerintah Prancis.
"Saya memahami sentimen yang diungkapkan. Tapi Anda harus memahami tugas saya sekarang, yakni melakukan dua hal: untuk menenangkan kondisi dan juga melindungi hak-hak kebebasan berekspresi ini," ujarnya.
Macron mengatakan tugas dirinya adalah untuk menenangkan hal ini, dan pada saat bersamaan juga melindungi hak kebebasan tersebut. "Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi Islam dan dengan mengatasnamakan membela agama, mereka membunuh, mereka membantai. Saat ini ada kekerasan yang dilakukan oleh gerakan dan individu ekstremis yang mengatasnamakan Islam,” katanya. (Baca juga: Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)
Macron juga mengatakan pemboikotan produk-produk Prancis yang diserukan di tengah kemarahan negara-negara Islam itu "tidak dapat diterima". Presiden Macron dalam satu pidato menegaskan bahwa "sekulerisme adalah dasar negara" dan "separatisme Islam harus ditangani".
Sementara itu, tiga orang ditikam hingga tewas di Nice pada Kamis oleh seorang pria Tunisia yang tiba di kota bagian selatan Prancis itu sehari sebelumnya. Prancis segera meningkatkan kewaspadaan keamanan nasionalnya ke tingkat tertinggi, dengan mengerahkan lebih banyak aparat keamanan ke tempat-tempat ibadah dan sekolah di seluruh negeri.
Sementara kantor berita Tunisia melaporkan, dua orang telah ditahan di negara itu untuk dimintai keterangan terkait serangan di Nice, yang dilakukan oleh seorang pria Tunisia. Awal bulan ini, seorang guru dipenggal kepalanya di pinggir kota Paris, setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada beberapa siswanya. (Lihat videonya: Kerajinan Tangan Bali yang kerap jadi Incaran Wisatawan)
Menanggapi serangkaian serangan tersebut, Macron mengatakan Prancis tidak akan pernah menyerah pada kekerasan. Masalah ini telah menyebabkan ketegangan dengan beberapa negara mayoritas Muslim, yang diekspresikan lewat pembakaran patung Macron di Bangladesh dan perang kata-kata dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mempertanyakan kesehatan mental Macron. (Andika H Mustaqim)
Macron mengatakan posisinya telah disalahpahami bahwa perannya bukanlah mendukung konten kartun, tetapi untuk membela hak atas kebebasan berekspresi. "Prancis berada dalam kondisi syok setelah serangan ini, dengan perasaan sedih dan marah. Dan untuk pertama kalinya saat kami mengalami serangan ini, ada reaksi kuat yang menyerang Prancis secara internasional, atas dasar banyak kesalahpahaman dan itulah mengapa saya ingin menjernihkannya," ujar Macron kepada Aljazeera.
Pernyataan itu disampaikan setelah serangan mematikan di sebuah gereja di Nice, yang menewaskan tiga orang. Ini adalah insiden serangan ketiga yang diduga dilakukan oleh kelompok radikal dalam satu bulan terakhir. Beberapa mendesak pemboikotan produk Prancis setelah Macron membela hak untuk menggunakan gambar tersebut, dalam konteks kebebasan berekspresi. (Baca: Kehebatan Seseorang Bisa Diukur dari 3 Perkara Ini)
Pada Sabtu (31/10/2020), seorang pendeta Orthodoks ditembak dan terluka di Lyon. Pelaku penembakan telah ditangkap, namun hingga kini belum diketahui motif serangan tersebut dan pihak berwenang masih melakukan penyelidikan.
Macron mengatakan, dia meyakini bahwa reaksi keras dari negara-negara Muslim karena orang-orang telah salah memahami bahwa dia mendukung kartun itu, atau bahwa kartun itu dibuat oleh pemerintah Prancis.
"Saya memahami sentimen yang diungkapkan. Tapi Anda harus memahami tugas saya sekarang, yakni melakukan dua hal: untuk menenangkan kondisi dan juga melindungi hak-hak kebebasan berekspresi ini," ujarnya.
Macron mengatakan tugas dirinya adalah untuk menenangkan hal ini, dan pada saat bersamaan juga melindungi hak kebebasan tersebut. "Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi Islam dan dengan mengatasnamakan membela agama, mereka membunuh, mereka membantai. Saat ini ada kekerasan yang dilakukan oleh gerakan dan individu ekstremis yang mengatasnamakan Islam,” katanya. (Baca juga: Banyak Kaum Santri Sudah Berperan di Kancah Internasional)
Macron juga mengatakan pemboikotan produk-produk Prancis yang diserukan di tengah kemarahan negara-negara Islam itu "tidak dapat diterima". Presiden Macron dalam satu pidato menegaskan bahwa "sekulerisme adalah dasar negara" dan "separatisme Islam harus ditangani".
Sementara itu, tiga orang ditikam hingga tewas di Nice pada Kamis oleh seorang pria Tunisia yang tiba di kota bagian selatan Prancis itu sehari sebelumnya. Prancis segera meningkatkan kewaspadaan keamanan nasionalnya ke tingkat tertinggi, dengan mengerahkan lebih banyak aparat keamanan ke tempat-tempat ibadah dan sekolah di seluruh negeri.
Sementara kantor berita Tunisia melaporkan, dua orang telah ditahan di negara itu untuk dimintai keterangan terkait serangan di Nice, yang dilakukan oleh seorang pria Tunisia. Awal bulan ini, seorang guru dipenggal kepalanya di pinggir kota Paris, setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada beberapa siswanya. (Lihat videonya: Kerajinan Tangan Bali yang kerap jadi Incaran Wisatawan)
Menanggapi serangkaian serangan tersebut, Macron mengatakan Prancis tidak akan pernah menyerah pada kekerasan. Masalah ini telah menyebabkan ketegangan dengan beberapa negara mayoritas Muslim, yang diekspresikan lewat pembakaran patung Macron di Bangladesh dan perang kata-kata dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mempertanyakan kesehatan mental Macron. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda