Azerbaijan Tembak Jatuh 5 Drone Armenia, Perluas Wilayah
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 22:01 WIB
BAKU - Azerbaijan menembak jatuh lima drone Armenia pada Jumat (23/10), menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan.
“Dua drone Armenia dihancurkan oleh unit pertahanan udara dan dua lagi dijatuhkan oleh peralatan khusus antara pukul 3 pagi dan 9 pagi,” papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan, dilansir Anadolu.
“Drone kelima yang berupaya terbang ke wilayah Aghjabedi dijatuhkan pada pukul 12 siang,” ungkap Kemhan Azerbaijan.
Sejak Selasa lalu, pasukan Azerbaijan telah menembak jatuh tujuh drone Armenia. “Operasi tempur berlanjut dengan beragam intensitas sepanjang Kamis hingga malam,” papar Kemhan Azerbaijan.
“Serangan berat diarahkan pada pasukan bersenjata Armenia di Fuzuli, Jabrayil, dan Gubadli, beberapa basis musuh dihancurkan, wilayah penting dan dataran tinggi dibebaskan,” ungkap Kemhan.
“Sumber daya utama dan infrastruktur militer musuh di sepanjang garis depan telah hancur parah,” papar Kemhan Azerbaijan. (Baca Juga: Parah, Masjid Dijadikan Kandang Babi di Wilayah Pendudukan Armenia)
Menurut otoritas Azerbaijan, unit-unit Armenia sekarang kehabisan perlengkapan militer, senjata, amunisi, dan bahkan makanan. (Lihat Infografis: CN-235 PTDI Siap Bersaing dalam Tender Pesawat Patroli Malaysia)
"Karena kurangnya unit tentara reguler untuk mempertahankan posisi tempur, warga sipil secara paksa dibawa untuk menggantikan mereka," bunyi pernyataan Kemhan Azerbaijan. (Lihat Video: Tak Hanya Nama Jalan, UEA Segera Bangun Masjid Presiden Jokowi)
Prajurit yang dibawa dari wilayah Tavush dan Sisian di Armenia ke Nagorno-Karabakh menolak terlibat pertempuran dan meninggalkan posisi mereka, menurut Kemhan Azerbaijan.
Sejak perang meletus pada 27 September, Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar dua gencatan senjata kemanusiaan dalam dua pekan terakhir.
Gencatan senjata kemanusiaan terbaru di Upper Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional, mulai berlaku Sabtu lalu.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia dari wilayah pendudukan itu.
Secara total, sekitar 20% wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, berada di bawah pendudukan Armenia secara ilegal selama hampir tiga dekade.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group, diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS, dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disetujui pada 1994.
Kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, telah menyerukan gencatan senjata yang baru dan bertahan lama. Turki, mendukung hak Azerbaijan untuk membela diri dan menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia.
“Dua drone Armenia dihancurkan oleh unit pertahanan udara dan dua lagi dijatuhkan oleh peralatan khusus antara pukul 3 pagi dan 9 pagi,” papar pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan, dilansir Anadolu.
“Drone kelima yang berupaya terbang ke wilayah Aghjabedi dijatuhkan pada pukul 12 siang,” ungkap Kemhan Azerbaijan.
Sejak Selasa lalu, pasukan Azerbaijan telah menembak jatuh tujuh drone Armenia. “Operasi tempur berlanjut dengan beragam intensitas sepanjang Kamis hingga malam,” papar Kemhan Azerbaijan.
“Serangan berat diarahkan pada pasukan bersenjata Armenia di Fuzuli, Jabrayil, dan Gubadli, beberapa basis musuh dihancurkan, wilayah penting dan dataran tinggi dibebaskan,” ungkap Kemhan.
“Sumber daya utama dan infrastruktur militer musuh di sepanjang garis depan telah hancur parah,” papar Kemhan Azerbaijan. (Baca Juga: Parah, Masjid Dijadikan Kandang Babi di Wilayah Pendudukan Armenia)
Menurut otoritas Azerbaijan, unit-unit Armenia sekarang kehabisan perlengkapan militer, senjata, amunisi, dan bahkan makanan. (Lihat Infografis: CN-235 PTDI Siap Bersaing dalam Tender Pesawat Patroli Malaysia)
"Karena kurangnya unit tentara reguler untuk mempertahankan posisi tempur, warga sipil secara paksa dibawa untuk menggantikan mereka," bunyi pernyataan Kemhan Azerbaijan. (Lihat Video: Tak Hanya Nama Jalan, UEA Segera Bangun Masjid Presiden Jokowi)
Prajurit yang dibawa dari wilayah Tavush dan Sisian di Armenia ke Nagorno-Karabakh menolak terlibat pertempuran dan meninggalkan posisi mereka, menurut Kemhan Azerbaijan.
Sejak perang meletus pada 27 September, Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar dua gencatan senjata kemanusiaan dalam dua pekan terakhir.
Gencatan senjata kemanusiaan terbaru di Upper Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional, mulai berlaku Sabtu lalu.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia dari wilayah pendudukan itu.
Secara total, sekitar 20% wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, berada di bawah pendudukan Armenia secara ilegal selama hampir tiga dekade.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group, diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS, dibentuk pada 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, disetujui pada 1994.
Kekuatan dunia, termasuk Rusia, Prancis, dan AS, telah menyerukan gencatan senjata yang baru dan bertahan lama. Turki, mendukung hak Azerbaijan untuk membela diri dan menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia.
(sya)
tulis komentar anda