Demo Besar di Chile, Gereja-gereja Dibakar
Senin, 19 Oktober 2020 - 10:10 WIB
"Orang-orang Chile perlu bersatu, dan kami harus yakin bahwa kami dapat melakukan banyak hal."
Beberapa bahkan hadir dalam demonstrasi dengan pakaian mewah.
Bagi Victor Hugo de la Fuente, seorang jurnalis dan manajer di Le Monde Diplomatique edisi Chile, kebahagiaan menguasai di antara para pengunjuk rasa karena kemungkinan untuk maju dan mencapai Chili yang lebih adil dan lebih demokratis.
Para pengunjuk rasa juga meminta warga negara mereka untuk memberikan suara untuk "menyetujui" perubahan konstitusi yang diusulkan.
"Ini adalah kesempatan untuk mengatakan cukup! Kami di sini dan kami akan memilih 'Setuju'," kata Paulina Villarroel, psikolog berusia 29 tahun, kepada AFP yang dilansir Senin (19/10/2020). (Baca juga: Polisi Spanyol Gerebak Pesta Seks Besar-besaran yang Difilmkan )
Pemerintah Presiden Sebastian Pinera—salah satu target utama pengunjuk rasa—meminta para demonstran untuk bersikap damai dan menghormati aturan pembatasan untuk pencegahan virus corona.
Wabah Covid-19 telah menewaskan 13.600 orang Chile dengan lebih dari 490.000 lainnya terinfeksi.
Protes meletus setahun yang lalu awalnya sebagai tanggapan atas kenaikan tarif kereta api, sebelum menjamur menjadi demonstrasi umum menentang ketidaksetaraan dan pemerintah.
Pada suatu malam kerusuhan, belasan stasiun metro dibakar, halte bus dihancurkan, supermarket dijarah, bangunan dirusak, dan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi antihuru-hara yang menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air.
Beberapa bahkan hadir dalam demonstrasi dengan pakaian mewah.
Bagi Victor Hugo de la Fuente, seorang jurnalis dan manajer di Le Monde Diplomatique edisi Chile, kebahagiaan menguasai di antara para pengunjuk rasa karena kemungkinan untuk maju dan mencapai Chili yang lebih adil dan lebih demokratis.
Para pengunjuk rasa juga meminta warga negara mereka untuk memberikan suara untuk "menyetujui" perubahan konstitusi yang diusulkan.
"Ini adalah kesempatan untuk mengatakan cukup! Kami di sini dan kami akan memilih 'Setuju'," kata Paulina Villarroel, psikolog berusia 29 tahun, kepada AFP yang dilansir Senin (19/10/2020). (Baca juga: Polisi Spanyol Gerebak Pesta Seks Besar-besaran yang Difilmkan )
Pemerintah Presiden Sebastian Pinera—salah satu target utama pengunjuk rasa—meminta para demonstran untuk bersikap damai dan menghormati aturan pembatasan untuk pencegahan virus corona.
Wabah Covid-19 telah menewaskan 13.600 orang Chile dengan lebih dari 490.000 lainnya terinfeksi.
Protes meletus setahun yang lalu awalnya sebagai tanggapan atas kenaikan tarif kereta api, sebelum menjamur menjadi demonstrasi umum menentang ketidaksetaraan dan pemerintah.
Pada suatu malam kerusuhan, belasan stasiun metro dibakar, halte bus dihancurkan, supermarket dijarah, bangunan dirusak, dan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi antihuru-hara yang menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda