Sidang Umum PBB Fokus Pandemi

Selasa, 22 September 2020 - 10:15 WIB
“Saya bahkan sangat ragu presiden dan perdana menteri akan duduk di istana dengan sebungkus popcorn untuk menonton kepala negara yang lain berpidato sampai habis,” kata Direktur Grup Krisis Internasional PBB, Richard Gowan. Urutan pidato juga akan diatur, mulai dari pemimpin negara adidaya hingga berkembang.

Tahun ini, diplomasi sedang diperlukan mengingat negara di dunia perlu mengatasi perbedaan dan ketimpangan dalam mengatasi berbagai isu yang memiliki dampak global, mulai perubahan iklim hingga konflik di Timur Tengah. Sayangnya, dengan adanya wabah Covid-19, para diplomat tidak dapat bertatap muka dan berkomunikasi langsung. (Baca juga: Inggris Mengaku Menghadapi Titik Kritis Pandemi Covid-19)

“Padahal, agar diplomasi dapat berjalan efektif, kita perlu bertemu secara langsung. Proses dan hasilnya tentu berbeda dengan diskusi online,” ujar Guterres yang terkenal aktif bersosialisasi dan berdiskusi dengan ratusan diplomat dalam Majelis Umum PBB sebelumnya. “Namun, saat ini kondisinya kurang memungkinkan sehingga kami tak punya pilihan lain.”

Pernyataan Guterres bukan tanpa alasan. Menilik sejarah, pertemuan langsung terbukti cepat dan efektif ketika para pemimpin dunia melakukan pertemuan, mulai dari terciptanya banyak kesepakatan melalui jabat tangan ataupun yang langsung disegel dalam nota kesepahaman (MoU). Bahkan, rencana pelucutan nuklir Iran juga terjadi langsung.

Pejabat tinggi PBB untuk politik, Rosemarie DiCarlo, juga mengakui pertemuan langsung memiliki banyak kelebihan. “Pada tahun-tahun sebelumnya selama Majelis Umum PBB, kita biasanya menyaksikan beraneka ragam diskusi dan kita dapat mengenal satu sama lain secara langsung. Sekarang, kami tidak dapat melakukan itu lagi,” kata DiCarlo.

Para pebisnis di New York, terutama toko dan restoran, juga mengaku menyayangkan ketidakhadiran langsung pemimpin dan delegasi dunia yang biasanya membantu mereka menjalankan roda bisnis. Sebaliknya, sebagian warga lokal mengaku lega. Sebab, lalu lintas tidak akan semacet biasanya mengingat jalur menuju Manhattan akan tetap dibuka. (Baca juga: Soal Aturan Gowes, Daerah Lain Diminta Contoh Anies)

Staf dan diplomat PBB juga mengakui pemindahan acara tahun ini menuju media online meringankan beban sehingga mereka kini dapat “bernapas”. Biasanya, mereka harus bekerja lembur hingga 20 jam sehari untuk menjalankan acara pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung selama beberapa hari. Belum lagi jika delegasi yang dibawa banyak.

Meski acara akan digelar secara online, Aula Majelis Umum PBB di New York tidak akan kosong melompong. Satu negara diperbolehkan mengirimkan satu diplomat untuk memperkenalkan rekaman video pidato pemimpin mereka atau total 210 orang akan hadir. Namun, mereka diwajibkan menjaga jarak, memakai hand sanitizer, dan membawa masker.

PBB juga menyiapkan hand sanitizer tambahan di setiap dinding ruangan. Begitupun dengan masker yang merupakan hasil donasi dari berbagai negara. Setiap negara diimbau agar mengirimkan video pidato pemimpin setidaknya empat hari sebelum video mereka akan diputar. Durasinya juga dibatasi selama 15 menit dan isu yang diangkat bebas. (Lihat videonya: Banjir Bandang Terjang Desa Cicurug, Sukabumi)

Namun, Juru Bicara (Jubir) PBB Stephane Dujarric mengatakan, Majelis Umum PBB tahun ini akan fokus pada pembahasan tentang perubahan iklim, biodiversity, dan Lebanon di tengah suasana yang berbeda. Minimnya diplomat yang hadir sangat kontras dengan detik-detik berdirinya PBB pada 1945 yang menjadi awal simbol persatuan dunia. (Muh Shamil)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More