Sidang Umum PBB Fokus Pandemi

Selasa, 22 September 2020 - 10:15 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres jadi pembicara secara virtual dalam sidang PBB. Foto/Reuters
NEW YORK - Para pemimpin di dunia sebentar lagi akan memperingati hari berdirinya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang ke-75 di New York, Amerika Serikat (AS). Namun, dengan adanya wabah virus corona (Covid-19) yang menyebar ke seluruh dunia, pesta perayaan tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Demi menghindari risiko penularan, pihak penyelenggara melarang penumpukan di satu ruangan, berjabat tangan, dan cipika cipiki. “Wabah Covid-19 merupakan krisis yang belum pernah kami saksikan sebelumnya sehingga peringatan tahun ini juga tidak akan seperti sebelumnya,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, dikutip CNN. (Baca: Inilah Nasib Orang yang Bakhil)

Senada dengan Guterres, Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir juga mengatakan penanganan Covid-19 belum mengalami perkembangan signifikan sehingga sesi tahun ini kemungkinan besar akan diselenggarakan secara online. Kepala negara, baik presiden maupun perdana menteri (PM), juga banyak yang menolak pergi ke New York.



Selain malas melalui karantina setidaknya selama 14 hari seperti ketentuan pemerintah lokal New York, para pemimpin dunia juga tidak mau menghamburkan uang di tengah krisis ekonomi. Sebagian dari mereka lebih memilih untuk mengirimkan rekaman video sambutan dari jarak jauh. Hal itu tentu juga akan menghapus perdebatan.

Pada hari pertama atau Selasa (22/9) waktu lokal, beberapa anggota tetap dan tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB akan memberikan sambutan pembuka. Beberapa di antaranya Presiden AS Donald Trump, Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Dengan jeda beberapa pekan sebelum pemilihan presiden (Pilpres) AS, Trump diyakini akan berhati-hati dan berpidato sesuai naskah yang sudah dipersiapkan Gedung Putih untuk menghindari kesalahan fatal. Sebab, kepercayaan publik terhadap kemampuan diplomasi Trump akan ditentukan selama dia berbicara di atas “panggung” PBB.

PBB untuk pertama kali juga akan memberikan kesempatan kepada 170 pemimpin dunia untuk berpidato pada tahun ini. Itu akan menjadi kesempatan langka yang tidak pernah terjadi di lingkungan PBB. Sebelumnya, meski berdiri sebagai organisasi multilateral, PBB hanya memberikan kesempatan pidato kepada perwakilan negara tertentu. (Baca juga: Penting Buat Orangtua, Kenali Gejala Kanker Pada Anak)

Dubes Jerman untuk PBB Christoph Heusgen menyambut baik perubahan tersebut. Dia mengatakan, konsep multilateralisme sudah seharusnya diterapkan di PBB sebagai pilar utama. Selain akan meningkatkan kepercayaan dan kedekatan serta kepemilikan, konsep tersebut dapat menjadikan PBB lebih dari sekadar lembaga.

Namun, dengan penggunaan teknologi virtual, audiens peringatan ulang tahun PBB tidak akan sedisiplin, sefokus, dan seintens biasanya. Tahun lalu, seluruh audiens yang hadir tidak hanya mendengarkan dan berdiskusi, tapi juga mengikuti acara hingga malam. Adapun tahun ini, tak ada yang dapat memastikan audiens akan menyalakan monitor.

“Saya bahkan sangat ragu presiden dan perdana menteri akan duduk di istana dengan sebungkus popcorn untuk menonton kepala negara yang lain berpidato sampai habis,” kata Direktur Grup Krisis Internasional PBB, Richard Gowan. Urutan pidato juga akan diatur, mulai dari pemimpin negara adidaya hingga berkembang.

Tahun ini, diplomasi sedang diperlukan mengingat negara di dunia perlu mengatasi perbedaan dan ketimpangan dalam mengatasi berbagai isu yang memiliki dampak global, mulai perubahan iklim hingga konflik di Timur Tengah. Sayangnya, dengan adanya wabah Covid-19, para diplomat tidak dapat bertatap muka dan berkomunikasi langsung. (Baca juga: Inggris Mengaku Menghadapi Titik Kritis Pandemi Covid-19)

“Padahal, agar diplomasi dapat berjalan efektif, kita perlu bertemu secara langsung. Proses dan hasilnya tentu berbeda dengan diskusi online,” ujar Guterres yang terkenal aktif bersosialisasi dan berdiskusi dengan ratusan diplomat dalam Majelis Umum PBB sebelumnya. “Namun, saat ini kondisinya kurang memungkinkan sehingga kami tak punya pilihan lain.”

Pernyataan Guterres bukan tanpa alasan. Menilik sejarah, pertemuan langsung terbukti cepat dan efektif ketika para pemimpin dunia melakukan pertemuan, mulai dari terciptanya banyak kesepakatan melalui jabat tangan ataupun yang langsung disegel dalam nota kesepahaman (MoU). Bahkan, rencana pelucutan nuklir Iran juga terjadi langsung.

Pejabat tinggi PBB untuk politik, Rosemarie DiCarlo, juga mengakui pertemuan langsung memiliki banyak kelebihan. “Pada tahun-tahun sebelumnya selama Majelis Umum PBB, kita biasanya menyaksikan beraneka ragam diskusi dan kita dapat mengenal satu sama lain secara langsung. Sekarang, kami tidak dapat melakukan itu lagi,” kata DiCarlo.

Para pebisnis di New York, terutama toko dan restoran, juga mengaku menyayangkan ketidakhadiran langsung pemimpin dan delegasi dunia yang biasanya membantu mereka menjalankan roda bisnis. Sebaliknya, sebagian warga lokal mengaku lega. Sebab, lalu lintas tidak akan semacet biasanya mengingat jalur menuju Manhattan akan tetap dibuka. (Baca juga: Soal Aturan Gowes, Daerah Lain Diminta Contoh Anies)

Staf dan diplomat PBB juga mengakui pemindahan acara tahun ini menuju media online meringankan beban sehingga mereka kini dapat “bernapas”. Biasanya, mereka harus bekerja lembur hingga 20 jam sehari untuk menjalankan acara pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung selama beberapa hari. Belum lagi jika delegasi yang dibawa banyak.

Meski acara akan digelar secara online, Aula Majelis Umum PBB di New York tidak akan kosong melompong. Satu negara diperbolehkan mengirimkan satu diplomat untuk memperkenalkan rekaman video pidato pemimpin mereka atau total 210 orang akan hadir. Namun, mereka diwajibkan menjaga jarak, memakai hand sanitizer, dan membawa masker.

PBB juga menyiapkan hand sanitizer tambahan di setiap dinding ruangan. Begitupun dengan masker yang merupakan hasil donasi dari berbagai negara. Setiap negara diimbau agar mengirimkan video pidato pemimpin setidaknya empat hari sebelum video mereka akan diputar. Durasinya juga dibatasi selama 15 menit dan isu yang diangkat bebas. (Lihat videonya: Banjir Bandang Terjang Desa Cicurug, Sukabumi)

Namun, Juru Bicara (Jubir) PBB Stephane Dujarric mengatakan, Majelis Umum PBB tahun ini akan fokus pada pembahasan tentang perubahan iklim, biodiversity, dan Lebanon di tengah suasana yang berbeda. Minimnya diplomat yang hadir sangat kontras dengan detik-detik berdirinya PBB pada 1945 yang menjadi awal simbol persatuan dunia. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More