Persaingan Vaksin Covid-19 Antanegara Adidaya Makin Sengit

Kamis, 17 September 2020 - 11:15 WIB
“Jika pengembangan vaksin itu tidak berhasil, bangunan ini dapat digunakan untuk memproduksi vaksin yang lain,” ungkap Sinovac. Sinovas telah berhasil membebaskan lahan seluas lebih dari 70.000 meter di distrik Daxing, Beijing. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada delapan kandidat vaksin.

Ilmuwan di seluruh dunia telah berlomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19 , baik yang bekerja di perusahaan farmasi Asia, Eropa, ataupun Amerika. Penelitian terhadap anti-Covid-19 itu juga didukung pemerintah dan investor yang menggelontorkan dana hingga ratusan juta dolar AS.

Komisi Eropa yang meminta bantuan perusahaan bioteknologi asal Jerman, CureVac, menanamkan modal hingga 80 juta euro untuk mendukung penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, berharap vaksin itu akan dapat tersedia tahun ini, namun hal itu tidak mudah. (Baca juga: Tim Repsol Honda Suram Tanpa Marquez)

WHO memprediksi penelitian dan pengembangan vaksin setidaknya membutuhkan waktu 18 bulan sebelum bisa digunakan di dalam tubuh manusia. Sebelumnya, CureVac diisukan menerima penawaran eksklusif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tapi isu itu dibantah.

Ilmuwan AS juga mulai mengembangkan vaksin. Institut Penyakit Menular dan Alergi Nasional AS (NIAID) dilaporkan akan melakukan uji coba vaksin tersebut terhadap 45 orang sehat dalam enam pekan ke depan. Setiap partisipan akan mendapatkan dua kali suntikan dengan dosis yang beragam dan waktu berbeda.

Uji coba itu merupakan bagian dari studi pengembangan vaksin Covid-19 untuk mengetahui bagaimana sistem imun akan bereaksi, sekaligus mengetahui keamanannya. Jika terbukti bekerja efektif, para ilmuwan akan melanjutkannya dan mungkin melakukan berbagai uji coba lainnya dalam beberapa bulan ke depan.

“Menemukan vaksin yang efektif dan aman untuk mencegah penularan Covid-19 merupakan prioritas kami,” kata Direktur NIAID Dr. Anthony Fauci dalam keterangan pers dikutip CNN. “Studi fase 1 ini merupakan langkah yang penting untuk dapat mencapai target tersebut mengingat wabah Covid-19 kian meluas," katanya. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)

Pengembangan vaksin tersebut digarap Kaiser Permanente Washington Health Research Institute dan didanai NIAID di Seattle, Washington, AS. Menurut NIAID, vaksin itu menggunakan material genetik yang dikenal di kalangan pakar sebagai RNA dan dikembangkan ilmuwan NIAD dan Moderna beberapa tahun lalu.

Studi ini bisa berlangsung lebih cepat mengingat struktur genetik Covid-19 mirip dengan virus SARS. Selain itu, NIAID sudah berpengalaman mengamati virus corona lainnya, seperti MERS. Namun, sama seperti virus HIV, sampai sekarang vaksin untuk menangkal virus tersebut belum ada yang bekerja efektif. (Muh Shamil)
(ysw)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More