Tikam China, AS Bakal Jual Tujuh Sistem Senjata Utama ke Taiwan
Rabu, 16 September 2020 - 18:18 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berencana untuk menjual sebanyak tujuh sistem senjata utama, termasuk ranjau, rudal jelajah, dan drone, ke Taiwan . Langkah ini diambil di tengah upaya pemerintahan Trump meningkatkan tekanan terhadap China .
Menjual tujuh sistem persenjataan utama sekaligus adalah upaya langka yang dilakukan AS. Tahun-tahun sebelumnya, penjualan peralatan militer AS ke pulau itu dibatasi dan dikalibrasi dengan hati-hati untuk meminimalkan ketegangan dengan Beijing.
Tetapi pemerintahan Trump menjadi lebih agresif dengan China pada tahun 2020 dan penjualan akan mendarat karena hubungan antara Beijing dan Washington berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Tuduhan mata-mata, perang perdagangan yang berkepanjangan, dan perselisihan tentang penyebaran virus Corona baru menjadi pemicunya.(Baca juga: Diusik Jet Tempur China, Presiden Taiwan Sambangi Pangkalan Pertahanan Udara )
Pada saat yang sama, keinginan Taiwan untuk membeli senjata meningkat setelah Presiden Tsai Ing-wen terpilih kembali pada Januari lalu dan telah menjadikan penguatan pertahanan Taiwan sebagai prioritas utama.
Taiwan adalah masalah teritorial paling sensitif di China. Beijing mengatakan itu adalah provinsi China, dan mengecam dukungan pemerintahan Trump untuk pulau itu.
Washington sangat ingin menciptakan penyeimbang militer terhadap pasukan China, membangun upaya yang dikenal di Pentagon sebagai "Benteng Taiwan", karena militer Beijing membuat langkah yang semakin agresif di wilayah tersebut.(Baca juga: Jet-jet Tempur China Usik Taiwan Dua Hari Berturut-turut )
Tiga sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan paket senjata dari Lockheed Martin Co, Boeing dan General Atomics sedang bergerak melalui proses ekspor, dan pemberitahuan kepada Kongres diharapkan akan diberikan dalam beberapa minggu.
Satu sumber industri mengatakan Presiden Donald Trump dijadwalkan akan diberi pengarahan tentang paket minggu ini oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Beberapa kesepakatan telah diminta oleh Taiwan lebih dari setahun yang lalu, tetapi baru sekarang sedang diproses melalui proses persetujuan.
"Tidak ada keseimbangan hari ini. Ini tidak seimbang. Dan saya pikir itu berbahaya," kata seorang pejabat senior AS, mengutip ketegasan China di Selat Taiwan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/9/2020).
Menjual tujuh sistem persenjataan utama sekaligus adalah upaya langka yang dilakukan AS. Tahun-tahun sebelumnya, penjualan peralatan militer AS ke pulau itu dibatasi dan dikalibrasi dengan hati-hati untuk meminimalkan ketegangan dengan Beijing.
Tetapi pemerintahan Trump menjadi lebih agresif dengan China pada tahun 2020 dan penjualan akan mendarat karena hubungan antara Beijing dan Washington berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Tuduhan mata-mata, perang perdagangan yang berkepanjangan, dan perselisihan tentang penyebaran virus Corona baru menjadi pemicunya.(Baca juga: Diusik Jet Tempur China, Presiden Taiwan Sambangi Pangkalan Pertahanan Udara )
Pada saat yang sama, keinginan Taiwan untuk membeli senjata meningkat setelah Presiden Tsai Ing-wen terpilih kembali pada Januari lalu dan telah menjadikan penguatan pertahanan Taiwan sebagai prioritas utama.
Taiwan adalah masalah teritorial paling sensitif di China. Beijing mengatakan itu adalah provinsi China, dan mengecam dukungan pemerintahan Trump untuk pulau itu.
Washington sangat ingin menciptakan penyeimbang militer terhadap pasukan China, membangun upaya yang dikenal di Pentagon sebagai "Benteng Taiwan", karena militer Beijing membuat langkah yang semakin agresif di wilayah tersebut.(Baca juga: Jet-jet Tempur China Usik Taiwan Dua Hari Berturut-turut )
Tiga sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan paket senjata dari Lockheed Martin Co, Boeing dan General Atomics sedang bergerak melalui proses ekspor, dan pemberitahuan kepada Kongres diharapkan akan diberikan dalam beberapa minggu.
Satu sumber industri mengatakan Presiden Donald Trump dijadwalkan akan diberi pengarahan tentang paket minggu ini oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Beberapa kesepakatan telah diminta oleh Taiwan lebih dari setahun yang lalu, tetapi baru sekarang sedang diproses melalui proses persetujuan.
"Tidak ada keseimbangan hari ini. Ini tidak seimbang. Dan saya pikir itu berbahaya," kata seorang pejabat senior AS, mengutip ketegasan China di Selat Taiwan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/9/2020).
Lihat Juga :
tulis komentar anda