Charlie Hebdo: Tak Perlu Menyesal Terbitkan Kartun Nabi Muhammad
Kamis, 10 September 2020 - 09:56 WIB
PARIS - Pihak majalah satire Prancis, Charlie Hebdo , menyatakan tak perlu menyesal atas penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad pada 2015.
Hal itu disampaikan direktur majalah Charlie Hebdo saat ini, Laurent Sourisseau, di pengadilan hari Rabu. Dia menjadi sasaran pembantaian oleh para pria bersenjata pada Januari 2015 karena kartun yang memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia tersebut. (Baca: Cetak Kartun Nabi Muhammad, Staf Charlie Hebdo Dilindungi Bodyguard )
Para pelaku utama pembantaian di kantor majalah telah tewas di tangan pasukan keamanan Prancis kala itu. Namun, sebanyak 14 tersangka kaki tangan para penyerang diadili di Paris atas pembantaian 7-9 Januari 2015 di kantor Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi yang menyebabkan total 17 orang tewas dan mengejutkan negara itu.
Para pendukung Charlie Hebdo memandang penerbitan kartun tahun 2015 sebagai kebebasan pers. Namun, para kritikus menganggap majalah itu melanggar batas ketika menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada tahun 2006, yang memprovokasi kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
"Saya tidak ingin bergantung pada kesewenang-wenangan fanatik yang gila," kata Sourisseau di pengadilan. Dia dikenal sebagai "Riss" dan terluka parah di bahu dalam serangan 2015. (Baca: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
"Tidak ada yang disesali karena telah menerbitkan kartun itu," ujarnya, yang dilansir AFP, Kamis (10/9/2020).
"Yang saya sesali adalah melihat betapa sedikit orang yang berjuang untuk mempertahankan kebebasan. Jika kita tidak memperjuangkan kebebasan kita, kita hidup seperti budak dan kita mempromosikan ideologi yang mematikan."
Sepuluh orang tewas di dalam kantor Charlie Hebdo termasuk Jean Cabut, yang dikenal sebagai Cabu, 76, Georges Wolinski, 80, dan Stephane "Charb" Charbonnier, 47, yang termasuk di antara kartunis paling terkenal di Prancis.
Sourisseau, 53, yang menggantikan Charb sebagai kepala penerbitan, menegaskan bahwa kebebasan "bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit".
"Kami tumbuh tanpa membayangkan bahwa suatu hari kebebasan kami akan dipertanyakan," katanya. (Baca: Iran: Cetak Kartun Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Hina 1 Miliar Muslim Dunia )
Mengingat kengerian serangan oleh dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi, dia berkata; "Sensasi langsung setelah serangan itu adalah bahwa Anda telah dipotong menjadi dua dan Anda kehilangan sebagian dari diri Anda."
Sourisseau sekarang hidup di bawah perlindungan sepanjang waktu. "Ini seperti saya menjalani tahanan rumah," katanya.
Membangkang seperti biasa, Charlie Hebdo minggu lalu menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad, yang memicu kecaman baru dari negara-negara Muslim termasuk Iran, Pakistan dan Turki.
"Jika kami melepaskan hak untuk menerbitkan kartun ini, itu berarti kami salah sejak awal," kata Sourisseau.
Pengadilan, yang dimulai pada 2 September, diperkirakan akan berlanjut hingga November. Sidang itu membuka kembali salah satu bab paling menyakitkan dalam sejarah Prancis.
Hal itu disampaikan direktur majalah Charlie Hebdo saat ini, Laurent Sourisseau, di pengadilan hari Rabu. Dia menjadi sasaran pembantaian oleh para pria bersenjata pada Januari 2015 karena kartun yang memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia tersebut. (Baca: Cetak Kartun Nabi Muhammad, Staf Charlie Hebdo Dilindungi Bodyguard )
Para pelaku utama pembantaian di kantor majalah telah tewas di tangan pasukan keamanan Prancis kala itu. Namun, sebanyak 14 tersangka kaki tangan para penyerang diadili di Paris atas pembantaian 7-9 Januari 2015 di kantor Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi yang menyebabkan total 17 orang tewas dan mengejutkan negara itu.
Para pendukung Charlie Hebdo memandang penerbitan kartun tahun 2015 sebagai kebebasan pers. Namun, para kritikus menganggap majalah itu melanggar batas ketika menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada tahun 2006, yang memprovokasi kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
"Saya tidak ingin bergantung pada kesewenang-wenangan fanatik yang gila," kata Sourisseau di pengadilan. Dia dikenal sebagai "Riss" dan terluka parah di bahu dalam serangan 2015. (Baca: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
"Tidak ada yang disesali karena telah menerbitkan kartun itu," ujarnya, yang dilansir AFP, Kamis (10/9/2020).
"Yang saya sesali adalah melihat betapa sedikit orang yang berjuang untuk mempertahankan kebebasan. Jika kita tidak memperjuangkan kebebasan kita, kita hidup seperti budak dan kita mempromosikan ideologi yang mematikan."
Sepuluh orang tewas di dalam kantor Charlie Hebdo termasuk Jean Cabut, yang dikenal sebagai Cabu, 76, Georges Wolinski, 80, dan Stephane "Charb" Charbonnier, 47, yang termasuk di antara kartunis paling terkenal di Prancis.
Sourisseau, 53, yang menggantikan Charb sebagai kepala penerbitan, menegaskan bahwa kebebasan "bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit".
"Kami tumbuh tanpa membayangkan bahwa suatu hari kebebasan kami akan dipertanyakan," katanya. (Baca: Iran: Cetak Kartun Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Hina 1 Miliar Muslim Dunia )
Mengingat kengerian serangan oleh dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi, dia berkata; "Sensasi langsung setelah serangan itu adalah bahwa Anda telah dipotong menjadi dua dan Anda kehilangan sebagian dari diri Anda."
Sourisseau sekarang hidup di bawah perlindungan sepanjang waktu. "Ini seperti saya menjalani tahanan rumah," katanya.
Membangkang seperti biasa, Charlie Hebdo minggu lalu menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad, yang memicu kecaman baru dari negara-negara Muslim termasuk Iran, Pakistan dan Turki.
"Jika kami melepaskan hak untuk menerbitkan kartun ini, itu berarti kami salah sejak awal," kata Sourisseau.
Pengadilan, yang dimulai pada 2 September, diperkirakan akan berlanjut hingga November. Sidang itu membuka kembali salah satu bab paling menyakitkan dalam sejarah Prancis.
(min)
tulis komentar anda