Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Korea Utara Memprihatinkan

Jum'at, 24 Januari 2025 - 08:17 WIB
Huh Su-kyung mengungkapkan perempuan di Korea Utara mengalami penindasan sosial, politik, dan ekonomi. Korea Utara beroperasi di bawah sentralisasi kekuasaan yang ekstrem, dengan seluruh otoritas politik terkonsentrasi di tangan pemimpin tertinggi, Kim Jong-un.

Perempuan diharapkan untuk fokus pada tanggung jawab domestik dan pengasuhan anak sesuai dengan nilai-nilai tradisional, sehingga mereka hampir tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik.

"Peran mereka terbatas pada menjadi ibu rumah tangga, sementara status sosial dan kemandirian ekonomi mereka hampir tidak diakui. Perempuan dikecualikan dari kebebasan politik dan dimobilisasi semata-mata untuk mendukung ideologi otoriter Kim Jong-un," paparnya.

Dia menjelaskan ekonomi terencana Korea Utara, yang sepenuhnya dikendalikan oleh rezim, menempatkan perempuan terutama dalam pekerjaan domestik atau pekerjaan pabrik dengan upah rendah.

Pekerjaan mereka dianggap kurang bernilai dibandingkan dengan laki-laki, dan penghasilan mereka jauh lebih rendah. Jenis pekerjaan yang tersedia bagi perempuan sebagian besar adalah pekerjaan fisik atau jasa.

Kesulitan ekonomi yang dimulai pada pertengahan 1990-an, yang ditandai dengan runtuhnya ekonomi terencana dan munculnya pasar informal (jangmadang), semakin memperburuk penderitaan perempuan. Perempuan terus berjuang untuk mencapai kemandirian ekonomi dan bertahan hidup di luar sistem ekonomi resmi, meskipun mereka menghadapi risiko penangkapan dan hukuman oleh otoritas.

Huh Su-kyung bercerita perempuan Korea Utara memikul tanggung jawab ganda antara aktivitas ekonomi dan peran domestik.

Setelah menyelesaikan transaksi di jangmadang, mereka segera kembali ke rumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan merawat anak-anak. Masyarakat Korea Utara menekankan peran gender tradisional, memaksa perempuan untuk fokus terutama pada tugas-tugas domestik.

Perempuan yang berusaha mencapai kemandirian ekonomi di jangmadang menghadapi kesulitan besar saat menyeimbangkan tanggung jawab tersebut.

Pendidikan dan budaya Korea Utara tetap sangat bias gender, di mana perempuan umumnya menerima pendidikan yang diarahkan pada pengelolaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!