Masinis Bunuh Diri saat Malam Natal, Lompat Keluar Gerbong Berkecepatan 300 Km Per Jam

Jum'at, 27 Desember 2024 - 19:15 WIB
Kereta berkecepatan tinggi di stasiun di Prancis. Foto/businesstravelnewseurope.com
PARIS - Masinis kereta api berkecepatan tinggi yang berangkat dari Paris menuju kota Saint-Etienne di timur-tengah Prancis pada Malam Natal melompat keluar dari kabin dalam upaya bunuh diri.

Sang masinis meninggalkan ratusan penumpang melaju kencang dengan kecepatan 300 km/jam (186 mil/jam).

“Dalam waktu kurang dari satu menit, sistem otomatis kereta mendeteksi masinis tidak lagi merespons, lalu mematikan mesin dan menginjak rem,” ungkap perusahaan kereta api negara Prancis, SNCF.

Tidak ada penumpang yang terluka dalam insiden tersebut.

"Seorang anggota staf menyadari tidak ada lagi masinis di kabin. Dan dengan sangat cepat, dia menyadari, beberapa kilometer sebelumnya, dia mungkin ingin mengakhiri hidupnya," ujar Menteri Transportasi Prancis Philippe Tabarot mengatakan kepada jaringan radio Prancis Franceinfo pada Kamis (26/12/2024).

Jasad masinis kemudian ditemukan di sepanjang rel. Kantor kejaksaan Melun telah membuka penyelidikan atas penyebab kematian tersebut, menurut Franceinfo.

Masinis bernama Bruno Rejony (52) adalah anggota tim yang disegani dan "pengemudi berpengalaman," telah bekerja untuk perusahaan tersebut selama 27 tahun, tulis La Parisien, mengutip seseorang di SNCF.

Menurut sumber surat kabar tersebut, pengemudi tersebut sedang mengalami kesulitan pribadi dan "sangat tertekan."

"Itu bisa lebih serius jika dia ingin menggagalkan keretanya," ungkap Tabarot kepada CNEWS pada hari Rabu.

Pernyataan tersebut memicu tanggapan emosional dari serikat pekerja kereta api dan politisi oposisi.

Serikat pekerja kereta api SUD-Rail mengatakan tidak ada "pesan dukungan" dalam kata-kata menteri tersebut.

Sarah Legrain, anggota parlemen untuk NFP sayap kiri juga mengecam kurangnya belasungkawa menteri tersebut untuk keluarga Rejony.

Berenger Cernon, anggota parlemen NFP dan mantan pekerja kereta api, mengecam "ketidaksenonohan dan sinisme" Tabarot, dengan menyebut kurangnya "belasungkawa, dan mitigasi tragedi kemanusiaan" dalam kata-katanya.

Tabarot, yang ditunjuk pada hari Senin, membela diri dengan mengatakan dia adalah orang pertama yang mengakui kasus tersebut “di atas segalanya adalah tragedi kemanusiaan.”

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More