Iran Ancam Ubah Doktrin Nuklirnya, Ini Respons Israel
Jum'at, 29 November 2024 - 15:21 WIB
"Kami tidak berniat untuk melangkah lebih jauh dari 60 persen untuk saat ini, dan ini adalah tekad kami saat ini," katanya kepada harian Inggris tersebut.
"[Namun], ada perdebatan yang terjadi di Iran, dan sebagian besar di antara para elite apakah kita harus mengubah doktrin nuklir kita," ujarnya.
"Karena sejauh ini terbukti tidak memadai dalam praktiknya," paparnya, yang kecewa terhadap komitmen Barat soal pencabutan sanksi terhadap Iran.
Kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan negara-negara besar bertujuan untuk memberikan Iran keringanan dari sanksi Barat yang melumpuhkan sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya untuk mencegahnya mengembangkan kemampuan untuk memiliki senjata atom.
Teheran secara konsisten membantah adanya niat untuk mengembangkan senjata atom.
Iran telah meningkatkan pengayaan uranium menjadi 60 persen—mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir.
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015—yang akan berakhir pada Oktober 2025—pengayaan uranium Iran dibatasi pada 3,67 persen.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan Iran, telah mengeluarkan dekrit agama atau fatwa yang melarang Iran memperoleh senjata nuklir.
Diplomat Iran Majid Takht-Ravanchi, yang menjabat sebagai wakil politik Araghchi, dijadwalkan mewakili Iran dalam pembicaraan hari Jumat.
Dia akan bertemu terlebih dahulu dengan Enrique Mora, wakil sekretaris jenderal badan urusan luar negeri Uni Eropa, menurut kantor berita negara Iran; IRNA.
"[Namun], ada perdebatan yang terjadi di Iran, dan sebagian besar di antara para elite apakah kita harus mengubah doktrin nuklir kita," ujarnya.
"Karena sejauh ini terbukti tidak memadai dalam praktiknya," paparnya, yang kecewa terhadap komitmen Barat soal pencabutan sanksi terhadap Iran.
Kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan negara-negara besar bertujuan untuk memberikan Iran keringanan dari sanksi Barat yang melumpuhkan sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya untuk mencegahnya mengembangkan kemampuan untuk memiliki senjata atom.
Teheran secara konsisten membantah adanya niat untuk mengembangkan senjata atom.
Iran telah meningkatkan pengayaan uranium menjadi 60 persen—mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir.
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015—yang akan berakhir pada Oktober 2025—pengayaan uranium Iran dibatasi pada 3,67 persen.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan Iran, telah mengeluarkan dekrit agama atau fatwa yang melarang Iran memperoleh senjata nuklir.
Diplomat Iran Majid Takht-Ravanchi, yang menjabat sebagai wakil politik Araghchi, dijadwalkan mewakili Iran dalam pembicaraan hari Jumat.
Dia akan bertemu terlebih dahulu dengan Enrique Mora, wakil sekretaris jenderal badan urusan luar negeri Uni Eropa, menurut kantor berita negara Iran; IRNA.
Lihat Juga :
tulis komentar anda