Siapa Abida Sultan? Pewaris Takhta Kerajaan Bopal yang Suka Berburu Harimau
Minggu, 24 November 2024 - 16:06 WIB
Ia juga mengalami sendiri memburuknya hubungan antara umat Hindu dan Muslim serta kekerasan yang meletus setelah pemisahan India pada tahun 1947.
Suatu hari, setelah pemerintah India memberi tahu dia bahwa kereta yang membawa pengungsi Muslim akan tiba di Bhopal, dia pergi ke stasiun kereta api untuk mengawasi kedatangannya.
"Ketika kompartemen dibuka, semuanya sudah mati," katanya dan menambahkan bahwa kekerasan dan ketidakpercayaan inilah yang mendorongnya untuk pindah ke Pakistan pada tahun 1950.
Abida pergi dengan tenang, hanya dengan putranya dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah. Di Pakistan, dia memperjuangkan demokrasi dan hak-hak perempuan melalui karier politiknya. Abida meninggal di Karachi pada tahun 2002.
Setelah dia pergi ke Pakistan, pemerintah India telah mengangkat saudara perempuannya sebagai pewaris takhta. Namun, Abida masih dikenal di Bhopal, di mana orang-orang memanggilnya dengan julukan 'bia huzoor'.
"Politik agama selama beberapa tahun terakhir telah mengikis warisannya dan dia tidak lagi banyak dibicarakan," kata jurnalis Shams Ur Rehman Alavi, yang telah meneliti para penguasa wanita Bhopal.
"Namun, namanya sepertinya tidak akan segera dilupakan."
6. Memilih Bermigrasi ke Pakistan
Dalam memoarnya, Abida menggambarkan diskriminasi yang mulai ia hadapi di Bhopal; bagaimana keluarganya, yang telah hidup damai di sana selama beberapa generasi, mulai diperlakukan sebagai "orang luar". Dalam salah satu wawancaranya, dia berbicara tentang kenangan yang sangat mengganggu yang dia miliki tentang kekerasan yang terjadi antara umat Hindu dan Muslim.Suatu hari, setelah pemerintah India memberi tahu dia bahwa kereta yang membawa pengungsi Muslim akan tiba di Bhopal, dia pergi ke stasiun kereta api untuk mengawasi kedatangannya.
"Ketika kompartemen dibuka, semuanya sudah mati," katanya dan menambahkan bahwa kekerasan dan ketidakpercayaan inilah yang mendorongnya untuk pindah ke Pakistan pada tahun 1950.
Abida pergi dengan tenang, hanya dengan putranya dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah. Di Pakistan, dia memperjuangkan demokrasi dan hak-hak perempuan melalui karier politiknya. Abida meninggal di Karachi pada tahun 2002.
Setelah dia pergi ke Pakistan, pemerintah India telah mengangkat saudara perempuannya sebagai pewaris takhta. Namun, Abida masih dikenal di Bhopal, di mana orang-orang memanggilnya dengan julukan 'bia huzoor'.
"Politik agama selama beberapa tahun terakhir telah mengikis warisannya dan dia tidak lagi banyak dibicarakan," kata jurnalis Shams Ur Rehman Alavi, yang telah meneliti para penguasa wanita Bhopal.
"Namun, namanya sepertinya tidak akan segera dilupakan."
(ahm)
tulis komentar anda