Media Zionis Ungkap Israel dan AS Mengoordinasikan Ledakan di Lebanon
Jum'at, 20 September 2024 - 18:28 WIB
TEL AVIV - Otoritas Penyiaran Israel resmi Kan mengungkapkan pada Rabu (18/9/2024) apa yang digambarkannya sebagai "koordinasi" antara Israel dan Amerika Serikat (AS) mengenai ledakan perangkat komunikasi nirkabel yang digunakan anggota Hizbullah dan paramedis di Lebanon.
Laporan itu muncul meskipun ada penyangkalan dari pihak berwenang di Washington.
Pada Selasa dan Rabu, 26 orang tewas dan lebih dari 3.250 warga lainnya terluka akibat ledakan ribuan pager dan walkie talkie yang terjadi bersamaan di seluruh Lebanon.
"Dalam 24 jam terakhir, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara dengan Menlu Amerika (Lloyd) Austin," ungkap laporan Kan, yang menunjukkan panggilan pertama antara Gallant dan Austin terjadi pada Selasa, beberapa menit sebelum gelombang pertama ledakan pager terjadi di Lebanon.
Laporan itu menambahkan, "Panggilan kedua dilakukan sebelum gelombang kedua ledakan."
Pada Rabu, AS membantah terlibat dalam ledakan pager, dengan mengatakan mereka tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang hal itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggunakan konferensi pers dengan Menlu Mesir Badr Abdel Atty di Kairo untuk mengatakan, “Sehubungan dengan Lebanon, Amerika Serikat tidak mengetahui, dan tidak terlibat dalam insiden ini.”
Dalam konteks terkait, seorang sumber Israel yang mengetahui dua gelombang ledakan di Lebanon mengatakan kepada Kan, “Ini adalah langkah yang melengkapi gelombang pertama untuk menciptakan perasaan di kalangan Hizbullah bahwa mereka sedang dikejar dan diburu.”
Sumber tersebut menambahkan, di Israel, mereka mempertimbangkan situasi tersebut dapat berkembang menjadi operasi besar di wilayah utara.
“Kita sedang menuju perang regional dalam skala yang belum pernah kami lihat dalam 11 bulan terakhir,” ujar sumber itu.
Menurut Kan, Israel dan Lebanon kini semakin dekat dengan perang ketiga. Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel melakukan ledakan tersebut, dan mengancam Tel Aviv dengan “balasan yang keras.”
Laporan itu muncul meskipun ada penyangkalan dari pihak berwenang di Washington.
Pada Selasa dan Rabu, 26 orang tewas dan lebih dari 3.250 warga lainnya terluka akibat ledakan ribuan pager dan walkie talkie yang terjadi bersamaan di seluruh Lebanon.
"Dalam 24 jam terakhir, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara dengan Menlu Amerika (Lloyd) Austin," ungkap laporan Kan, yang menunjukkan panggilan pertama antara Gallant dan Austin terjadi pada Selasa, beberapa menit sebelum gelombang pertama ledakan pager terjadi di Lebanon.
Laporan itu menambahkan, "Panggilan kedua dilakukan sebelum gelombang kedua ledakan."
Pada Rabu, AS membantah terlibat dalam ledakan pager, dengan mengatakan mereka tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang hal itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggunakan konferensi pers dengan Menlu Mesir Badr Abdel Atty di Kairo untuk mengatakan, “Sehubungan dengan Lebanon, Amerika Serikat tidak mengetahui, dan tidak terlibat dalam insiden ini.”
Dalam konteks terkait, seorang sumber Israel yang mengetahui dua gelombang ledakan di Lebanon mengatakan kepada Kan, “Ini adalah langkah yang melengkapi gelombang pertama untuk menciptakan perasaan di kalangan Hizbullah bahwa mereka sedang dikejar dan diburu.”
Sumber tersebut menambahkan, di Israel, mereka mempertimbangkan situasi tersebut dapat berkembang menjadi operasi besar di wilayah utara.
“Kita sedang menuju perang regional dalam skala yang belum pernah kami lihat dalam 11 bulan terakhir,” ujar sumber itu.
Menurut Kan, Israel dan Lebanon kini semakin dekat dengan perang ketiga. Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel melakukan ledakan tersebut, dan mengancam Tel Aviv dengan “balasan yang keras.”
(sya)
tulis komentar anda