Profil Gamal Abdel Nasser, Presiden Mesir yang Eksekusi Ulama Sayyid Qutb
Jum'at, 20 September 2024 - 13:35 WIB
Nasser mengenyam pendidikan dasar di sekolah lokal sebelum melanjutkan ke sekolah menengah di Alexandria.
Ketertarikan Nasser terhadap politik mulai tumbuh saat dia duduk di bangku sekolah. Pada tahun 1936, Nasser masuk ke Akademi Militer Mesir, di mana dia mulai aktif dalam organisasi mahasiswa yang menentang penjajahan Inggris.
Pendidikan militernya membentuk pandangan politiknya dan membekalinya dengan keterampilan kepemimpinan yang kelak membantunya dalam karier politik.
Nasser memulai karier politiknya secara aktif setelah terlibat dalam kudeta yang dikenal sebagai Revolusi 1952.
Bersama kelompok yang disebut "Free Officers", dia berhasil menggulingkan monarki Raja Farouk.
Pada tahun 1954, Nasser diangkat sebagai Perdana Menteri (PM) dan kemudian menjabat sebagai Presiden Mesir pada tahun 1956 setelah mengundurkan diri sebagai PM.
Sebagai presiden, Nasser dikenal dengan kebijakan nasionalisme Arab dan sosialisme.
Dia melakukan reformasi agraria yang signifikan, memodernisasi sektor pendidikan, dan mendorong industrialisasi.
Salah satu momen paling bersejarah dalam kepemimpinannya adalah nasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956, yang tidak hanya meningkatkan statusnya di Mesir tetapi juga di seluruh dunia Arab.
Nasser juga berupaya membentuk Uni Arab untuk meningkatkan kerjasama antarnegara Arab, meskipun hasilnya sering kali terbatas.
Ketertarikan Nasser terhadap politik mulai tumbuh saat dia duduk di bangku sekolah. Pada tahun 1936, Nasser masuk ke Akademi Militer Mesir, di mana dia mulai aktif dalam organisasi mahasiswa yang menentang penjajahan Inggris.
Pendidikan militernya membentuk pandangan politiknya dan membekalinya dengan keterampilan kepemimpinan yang kelak membantunya dalam karier politik.
Nasser memulai karier politiknya secara aktif setelah terlibat dalam kudeta yang dikenal sebagai Revolusi 1952.
Bersama kelompok yang disebut "Free Officers", dia berhasil menggulingkan monarki Raja Farouk.
Pada tahun 1954, Nasser diangkat sebagai Perdana Menteri (PM) dan kemudian menjabat sebagai Presiden Mesir pada tahun 1956 setelah mengundurkan diri sebagai PM.
Sebagai presiden, Nasser dikenal dengan kebijakan nasionalisme Arab dan sosialisme.
Dia melakukan reformasi agraria yang signifikan, memodernisasi sektor pendidikan, dan mendorong industrialisasi.
Salah satu momen paling bersejarah dalam kepemimpinannya adalah nasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956, yang tidak hanya meningkatkan statusnya di Mesir tetapi juga di seluruh dunia Arab.
Nasser juga berupaya membentuk Uni Arab untuk meningkatkan kerjasama antarnegara Arab, meskipun hasilnya sering kali terbatas.
Lihat Juga :
tulis komentar anda