Studi Terbaru Ungkap Penyensoran Ketat Layanan Terjemahan Daring China
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 09:28 WIB
“Meski sebagian besar konten pemicu disensor hanya dalam batasan baris atau kalimat, kami menemukan 15 aturan yang akan menyensor semua input: (1) 习近平, (2) xijinping, (3) 习大大, (4) 习主席, (5) Xijinping, (6) 近平习, (7) 习书记, (8)习总书记, (9) XiJinping, (10) XIJINPING,(11) JinpingXi, (12) jinpingxi, (13) 反习大大, (14) xidada, dan (15) xIDaDa.”
”Semua yang disebutkan itu merujuk kepada Presiden China Xi Jinping, yang menunjukkan bahwa terjemahan yang menyebutkannya dianggap sangat sensitif oleh operator Tencent Translate, sehingga tidak hanya kalimat yang menyebutkannya yang harus disensor, tetapi juga seluruh hasil terjemahan,” ungkap Citizen Lab
The Epoch Times, mengutip Chen Shih-min—seorang profesor madya ilmu politik di Universitas Nasional Taiwan—, melaporkan bahwa penyensoran layanan terjemahan daring oleh CCP, terutama dari bahasa lain ke bahasa Mandarin, dilakukan karena “mereka khawatir orang China akan mengetahui beberapa situasi sebenarnya di China melalui informasi asing.”
”Untuk rezim totaliter dan otoriter seperti CCP, mereka berusaha sekuat tenaga untuk membentuk seluruh China dengan mengendalikan media dan kebebasan berbicara untuk menciptakan ilusi kemakmuran yang palsu,” kata Chen kepada The Epoch Times.
”Karena CCP adalah rezim ateis, mereka juga sangat khawatir bahwa Falun Gong, sebuah kepercayaan yang mengikuti prinsip kebenaran, kasih sayang, dan kesabaran, dapat mematahkan cuci otak yang telah dilakukan terhadap rakyat China dan akan menjadi tantangan bagi legitimasi kekuasaan CCP,” imbuh Chen.
Wu Se-chih, seorang peneliti di Cross-Strait Policy Association di Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa penyensoran agama yang ketat menunjukkan bahwa rezim Komunis China tidak yakin dengan kekuasaannya sendiri.
”Mereka khawatir jika orang-orang memiliki kebebasan berkeyakinan beragama, CCP akan kehilangan kepentingan absolutnya,” imbuh Wu.
Dengan kata lain, di bawah sistem otokratis CCP, ketika para pemimpin ingin mendewakan diri mereka sendiri, adanya kebebasan beragama dapat menghambat mereka dalam mewujudkan atau menjalankan otoritas penguasa dari sistem otokratis atau sistem totaliter,” pungkasnya.
”Semua yang disebutkan itu merujuk kepada Presiden China Xi Jinping, yang menunjukkan bahwa terjemahan yang menyebutkannya dianggap sangat sensitif oleh operator Tencent Translate, sehingga tidak hanya kalimat yang menyebutkannya yang harus disensor, tetapi juga seluruh hasil terjemahan,” ungkap Citizen Lab
The Epoch Times, mengutip Chen Shih-min—seorang profesor madya ilmu politik di Universitas Nasional Taiwan—, melaporkan bahwa penyensoran layanan terjemahan daring oleh CCP, terutama dari bahasa lain ke bahasa Mandarin, dilakukan karena “mereka khawatir orang China akan mengetahui beberapa situasi sebenarnya di China melalui informasi asing.”
”Untuk rezim totaliter dan otoriter seperti CCP, mereka berusaha sekuat tenaga untuk membentuk seluruh China dengan mengendalikan media dan kebebasan berbicara untuk menciptakan ilusi kemakmuran yang palsu,” kata Chen kepada The Epoch Times.
”Karena CCP adalah rezim ateis, mereka juga sangat khawatir bahwa Falun Gong, sebuah kepercayaan yang mengikuti prinsip kebenaran, kasih sayang, dan kesabaran, dapat mematahkan cuci otak yang telah dilakukan terhadap rakyat China dan akan menjadi tantangan bagi legitimasi kekuasaan CCP,” imbuh Chen.
Wu Se-chih, seorang peneliti di Cross-Strait Policy Association di Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa penyensoran agama yang ketat menunjukkan bahwa rezim Komunis China tidak yakin dengan kekuasaannya sendiri.
”Mereka khawatir jika orang-orang memiliki kebebasan berkeyakinan beragama, CCP akan kehilangan kepentingan absolutnya,” imbuh Wu.
Dengan kata lain, di bawah sistem otokratis CCP, ketika para pemimpin ingin mendewakan diri mereka sendiri, adanya kebebasan beragama dapat menghambat mereka dalam mewujudkan atau menjalankan otoritas penguasa dari sistem otokratis atau sistem totaliter,” pungkasnya.
(mas)
tulis komentar anda