Terapkan Standar Ganda, Jepang Pilih Israel dan Abaikan Palestina dalam Upacara Peringatan Bom Hiroshima
Sabtu, 20 Juli 2024 - 14:35 WIB
Menurut kantor berita Jepang Kyodo News, pemerintah Hiroshima merujuk pada perang di Gaza dalam undangannya kepada Israel, dan mendesak negara tersebut untuk menghentikan serangannya.
Undangan tersebut menyatakan “sangat disesalkan bahwa nyawa dan kehidupan sehari-hari banyak orang diambil,” lapor Kyodo.
Pengeboman Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan Nagasaki tiga hari kemudian menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat dan mengakhiri Perang Dunia II. Namun hal ini juga menewaskan puluhan ribu orang, baik secara instan maupun dalam beberapa bulan dan tahun mendatang karena penyakit radiasi.
Setiap tahun, diplomat di Jepang diundang ke Hiroshima untuk mengikuti peringatan yang menyoroti pentingnya perdamaian dan peringatan terhadap penggunaan senjata nuklir.
Namun meski beberapa kelompok advokasi mendesak Hiroshima untuk menghindari Israel, kelompok lain mendukung kehadirannya.
“Sebagai kota perdamaian internasional, kota Hiroshima perlu mengundang semua negara, terlepas dari apakah mereka sedang berperang atau tidak,” kata Kunihiko Sakuma, presiden Hiroshima Hidankyo, sebuah kelompok advokasi penyintas bom atom.
Namun, Misi Umum Permanen Palestina di Tokyo mengeluh di platform sosial X karena mereka tidak diundang ke upacara tersebut. “Keputusan ini merupakan standar ganda,” katanya. Utusannya tidak pernah diundang ke upacara tersebut, kata kantor tersebut kepada CNN.
Pihak berwenang Hiroshima menyatakan mereka hanya mengirimkan undangan ke negara-negara yang memiliki kedutaan besar di Jepang dan tidak pernah mengundang perwakilan Palestina pada upacara tersebut.
Pada konferensi pers pekan lalu, Menteri Luar Negeri Yoko Kamikawa menegaskan kembali dukungan Jepang terhadap solusi dua negara.
“Kami terus mempertimbangkan pengakuan negara Palestina secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bagaimana memajukan proses perdamaian,” katanya.
Undangan tersebut menyatakan “sangat disesalkan bahwa nyawa dan kehidupan sehari-hari banyak orang diambil,” lapor Kyodo.
Pengeboman Hiroshima pada 6 Agustus 1945, dan Nagasaki tiga hari kemudian menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat dan mengakhiri Perang Dunia II. Namun hal ini juga menewaskan puluhan ribu orang, baik secara instan maupun dalam beberapa bulan dan tahun mendatang karena penyakit radiasi.
Setiap tahun, diplomat di Jepang diundang ke Hiroshima untuk mengikuti peringatan yang menyoroti pentingnya perdamaian dan peringatan terhadap penggunaan senjata nuklir.
Namun meski beberapa kelompok advokasi mendesak Hiroshima untuk menghindari Israel, kelompok lain mendukung kehadirannya.
“Sebagai kota perdamaian internasional, kota Hiroshima perlu mengundang semua negara, terlepas dari apakah mereka sedang berperang atau tidak,” kata Kunihiko Sakuma, presiden Hiroshima Hidankyo, sebuah kelompok advokasi penyintas bom atom.
Namun, Misi Umum Permanen Palestina di Tokyo mengeluh di platform sosial X karena mereka tidak diundang ke upacara tersebut. “Keputusan ini merupakan standar ganda,” katanya. Utusannya tidak pernah diundang ke upacara tersebut, kata kantor tersebut kepada CNN.
Pihak berwenang Hiroshima menyatakan mereka hanya mengirimkan undangan ke negara-negara yang memiliki kedutaan besar di Jepang dan tidak pernah mengundang perwakilan Palestina pada upacara tersebut.
Pada konferensi pers pekan lalu, Menteri Luar Negeri Yoko Kamikawa menegaskan kembali dukungan Jepang terhadap solusi dua negara.
“Kami terus mempertimbangkan pengakuan negara Palestina secara komprehensif, dengan mempertimbangkan bagaimana memajukan proses perdamaian,” katanya.
tulis komentar anda