Luncurkan Serangan Darat Kejutan, Rusia Rebut 5 Desa di Ukraina
Minggu, 12 Mei 2024 - 08:50 WIB
Menurutnya, dua pria berusia 50 dan 48 tahun tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan bom udara terpandu di kota Vovchansk dekat perbatasan.
Dia mem-posting video dari Vovchansk yang menunjukkan jendela-jendela yang pecah dari sebuah blok apartemen bertingkat dan rumah-rumah yang hancur terbakar.
Gubernur itu menegaskan tidak ada ancaman operasi darat di kota Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Laporan jurnalis AFP mengatakan sekelompok orang yang melarikan diri dari daerah perbatasan tiba dengan van dan mobil berisi tas di pusat penerimaan pengungsi di dekat Kharkiv.
Para pengungsi—banyak dari mereka berusia lanjut—menerima makanan dan bantuan medis serta dapat tidur di ranjang susun.
Seorang wanita berusia 61 tahun, Lyubov Nikolaieva, mengatakan kepada AFP bahwa dia telah meninggalkan desa perbatasan Lyptsi bersama ibunya yang berusia 81 tahun.
“Mustahil untuk tinggal di sana,” kata Nikolaieva, seraya menambahkan bahwa keluarganya tinggal di sana sampai saat-saat terakhir tanpa gas atau listrik.
“Tembakan terus terjadi: bom udara berpemandu dan mortir bersiul di atas kepala. Ini menjadi sangat menakutkan,” katanya.
Seorang pekerja bantuan yang membantu mengevakuasi warga, Dmytro Tkachenko (37) mengatakan kepada AFP: “Ada situasi yang sangat sulit di arah Vovchansk dan Lyptsi.”
“Ada beberapa pergerakan (pasukan) dan saat ini, hal itu sangat mempersulit evakuasi dari daerah tersebut, karena sangat berbahaya,”katanya.
Dia mem-posting video dari Vovchansk yang menunjukkan jendela-jendela yang pecah dari sebuah blok apartemen bertingkat dan rumah-rumah yang hancur terbakar.
Gubernur itu menegaskan tidak ada ancaman operasi darat di kota Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Laporan jurnalis AFP mengatakan sekelompok orang yang melarikan diri dari daerah perbatasan tiba dengan van dan mobil berisi tas di pusat penerimaan pengungsi di dekat Kharkiv.
Para pengungsi—banyak dari mereka berusia lanjut—menerima makanan dan bantuan medis serta dapat tidur di ranjang susun.
Seorang wanita berusia 61 tahun, Lyubov Nikolaieva, mengatakan kepada AFP bahwa dia telah meninggalkan desa perbatasan Lyptsi bersama ibunya yang berusia 81 tahun.
“Mustahil untuk tinggal di sana,” kata Nikolaieva, seraya menambahkan bahwa keluarganya tinggal di sana sampai saat-saat terakhir tanpa gas atau listrik.
“Tembakan terus terjadi: bom udara berpemandu dan mortir bersiul di atas kepala. Ini menjadi sangat menakutkan,” katanya.
Seorang pekerja bantuan yang membantu mengevakuasi warga, Dmytro Tkachenko (37) mengatakan kepada AFP: “Ada situasi yang sangat sulit di arah Vovchansk dan Lyptsi.”
“Ada beberapa pergerakan (pasukan) dan saat ini, hal itu sangat mempersulit evakuasi dari daerah tersebut, karena sangat berbahaya,”katanya.
tulis komentar anda