Singapore Dream Sudah Mengalami Pergeseran, Apa Pemicunya?

Sabtu, 11 Mei 2024 - 20:35 WIB
Rakyat Singapura sudah bosan dengan Singapore Dream. Foto/AP
SINGAPURA - Selama tiga dekade, pengacara korporat Singapura Gerald Yeo, bukan nama sebenarnya. mengejar apa yang disebut sebagai Impian Singapura (Singapore Dream). Ia naik pangkat menjadi penasihat umum, mengelola tim pengacara dengan gaji bulanan enam digit.

Kadang-kadang dia menghabiskan waktu 20 jam di tempat kerja untuk menangani panggilan telepon dengan klien dan kolega di Asia, Eropa, dan Amerika Latin.

Ketika COVID-19 memaksa karyawan untuk mulai bekerja dari rumah, Yeo lebih banyak melakukan tatap muka secara online – hingga ia mengalami kelelahan dan harus pensiun pada awal tahun 2021.



Saat ini, Yeo menjadi sukarelawan bersama para lansia, mencoba-coba fotografi dan menuruti kecintaannya pada perjalanan, dengan tamasya yang membawanya ke Kutub Utara dan Afrika untuk melihat gorila.

“Di Singapura, sudah tertanam dalam pikiran kami untuk mengejar keunggulan, dan Anda tidak boleh mengendur…Kami selalu ‘aktif’. Anda memiliki pola pikir bahwa Anda melayani perusahaan tetapi tanpa menyadarinya, Anda tergelincir dalam melakukan terlalu banyak hal,” Yeo, berusia 50-an, mengatakan kepada Al Jazeera.

Singapore Dream Sudah Mengalami Pergeseran Makna, Apa Pemicunya?

1. Bukan Sekadar Kesuksesan Materi



Foto/AP

Yeo adalah salah satu dari sekian banyak warga Singapura yang berupaya untuk membayangkan kembali Impian Singapura yang bukan sekadar mencapai kesuksesan materi, namun lebih fokus pada menemukan makna dan kepuasan.

Calon perdana menteri Singapura, Lawrence Wong, termasuk di antara mereka yang berpendapat bahwa sudah waktunya bagi penduduk negara kota tersebut untuk tidak hanya memikirkan uang dan pekerjaan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More