Mengapa OKI Belum Mampu Menyelesaikan Konflik antara Israel dan Palestina?
Rabu, 08 Mei 2024 - 23:23 WIB
Namun negara-negara Teluk pada masa lalu sangat berbeda dengan keadaan saat ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejak Mohammad bin Salman (MBS) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap monarki Saudi setelah menjadi Putra Mahkota pada tahun 2017, timbul pertanyaan mengenai kemampuan OKI untuk menyusun kebijakan cerdas dalam mendukung perjuangan umat Islam, seperti Palestina dan Kashmir.
Foto/AP
Sekutu dekat Arab Saudi, UEA, tanpa malu-malu menormalisasi hubungan dengan Israel pada September tahun lalu. Riyadh belum mengeluarkan pernyataan apa pun untuk menentang tindakan UEA.
Karena kebijakan luar negeri UEA bertentangan dengan piagam OKI, dampaknya terlihat jelas pada pertemuan OKI tahun lalu. UEA menggagalkan upaya Pakistan di OKI untuk menyelidiki India karena melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim di Kashmir yang dikelola India, dan karena mengizinkan massa Hindu sayap kanan untuk menghukum mati Muslim India tanpa mendapat hukuman.
Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohamed bin Zayed, monarki absolut di Teluk telah memperkuat hubungannya dengan Perdana Menteri India yang berhaluan nasionalis Hindu, Narendra Modi.
Foto/AP
Menurut al Arian, profesor di Universitas Istanbul Sabahattin Zaim, Turki, sebagai anggota OKI, telah mendesak masyarakat internasional untuk melakukan “sesuatu secara kolektif” untuk menghentikan Israel melakukan pembantaian terhadap warga Palestina.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejak Mohammad bin Salman (MBS) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap monarki Saudi setelah menjadi Putra Mahkota pada tahun 2017, timbul pertanyaan mengenai kemampuan OKI untuk menyusun kebijakan cerdas dalam mendukung perjuangan umat Islam, seperti Palestina dan Kashmir.
2. Banyak Negara OKI Melakukan Normalisasi Hubungan dengan Israel
Foto/AP
Sekutu dekat Arab Saudi, UEA, tanpa malu-malu menormalisasi hubungan dengan Israel pada September tahun lalu. Riyadh belum mengeluarkan pernyataan apa pun untuk menentang tindakan UEA.
Karena kebijakan luar negeri UEA bertentangan dengan piagam OKI, dampaknya terlihat jelas pada pertemuan OKI tahun lalu. UEA menggagalkan upaya Pakistan di OKI untuk menyelidiki India karena melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim di Kashmir yang dikelola India, dan karena mengizinkan massa Hindu sayap kanan untuk menghukum mati Muslim India tanpa mendapat hukuman.
Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohamed bin Zayed, monarki absolut di Teluk telah memperkuat hubungannya dengan Perdana Menteri India yang berhaluan nasionalis Hindu, Narendra Modi.
3. Tidak Ada Tindakan Kolektif
Foto/AP
Menurut al Arian, profesor di Universitas Istanbul Sabahattin Zaim, Turki, sebagai anggota OKI, telah mendesak masyarakat internasional untuk melakukan “sesuatu secara kolektif” untuk menghentikan Israel melakukan pembantaian terhadap warga Palestina.
Lihat Juga :
tulis komentar anda