Cenderung Kembali ke Isolasionisme, China Tingkatkan Belanja Militer

Sabtu, 16 Maret 2024 - 11:56 WIB
Amandemen konstitusi China ini meletakkan dasar untuk memperkuat cengkeraman Presiden Xi pada semua aspek masyarakat China. Tidak mengherankan jika pada pertemuan tahunan NPC di tahun 2024, Presiden Xi menekankan pada kepatuhan ketat terhadap konstitusi China.

Konstitusi negara mana pun, seperti yang dikatakan para ahli, tidak boleh seperti dinosaurus yang tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan situasi, melainkan sebuah dokumen hidup; berubah seiring kebutuhan masyarakat yang sedang berkembang. Hal itulah yang ingin dilakukan para pemimpin seperti Deng Xiaoping dengan amandemen konstitusi China di tahun 1982, dan itulah yang coba ditegakkan para pemimpin seperti Li Keqiang.

Kini, dengan penekanannya pada supremasi partai dan aparatur negara serta penolakan terhadap reformasi pasar, Presiden Xi berupaya mengembalikan kejayaan tersebut.

Li Keqiang telah dikesampingkan Presiden Xi dan harus pensiun dini. Dia meninggal pada tahun 2023 dalam keadaan tak biasa; saat berenang di kolam renang hotel, kabarnya terkena serangan jantung.

"Partai tidak ingin ada momen berduka cita terhadap mantan pemimpin nomor dua yang populer, liberal, dan memicu kritik yang lebih luas terhadap pemerintahan saat ini, yang dipimpin Xi Jinping," tulis komentar kantor berita BBC pada 27 Oktober 2023 setelah kematian Li Keqiang.

"Bukan hanya karena Li meninggal begitu tiba-tiba, menderita serangan jantung hanya beberapa bulan setelah mengundurkan diri, namun karena apa yang dia wakili: sebuah cara yang berpotensi memerintah China dengan prioritas berbeda dengan prioritas Sekretaris Jenderal Xi. Dia adalah seorang pragmatis cerdas yang tidak terlalu peduli dengan ideologi."

"Saat menjabat sebagai sekretaris partai di provinsi Liaoning, Li dikatakan telah mengatakan kepada duta besar AS pada tahun 2007 bahwa angka PDB lokal tidak dapat diandalkan sebagai cara untuk menilai kesehatan ekonomi," imbuh laporan BBC.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mas)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More