Mengapa Israel Mati-matian Menghancurkan Rafah?
Senin, 12 Februari 2024 - 19:19 WIB
Semenanjung Sinai Mesir – tempat Rafah berada – diinvasi oleh Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Sinai kemudian dikembalikan ke Mesir setelah Perjanjian Camp David dan perjanjian damai tahun 1979 antara Israel dan Mesir. Tentara Israel terakhir menarik diri dari semenanjung itu pada tahun 1982.
Israel membuka penyeberangan Rafah setelah perjanjian damai tahun 1979, dan pergerakan orang dari Gaza ke Mesir tetap berada dalam kendali Israel dari tahun 1982 hingga 2005. Sejak November 2005, penyeberangan Rafah berada di bawah kendali Mesir, Otoritas Palestina, dan Uni Eropa — untuk pertama kalinya. Palestina telah memperoleh sebagian kendali atas salah satu perbatasan internasional mereka.
Foto/Reuters
Melansir NPR, Hamas menguasai Gaza pada Juni 2007, Uni Eropa menarik kendali atas perbatasan tersebut. Blokade bersama Israel dan Mesir selanjutnya dan keputusan mereka untuk menutup penyeberangan Rafah setelah pengambilalihan Hamas secara efektif menutup Jalur Gaza dari semua sisi. Sejak itu, penyeberangan hanya sesekali dibuka untuk warga Palestina.
Untuk menghindari blokade ekonomi yang diberlakukan Israel, para penyelundup menggali ratusan terowongan di bawah perbatasan Rafah, sehingga memungkinkan segala jenis barang masuk ke Jalur Gaza. Dulunya merupakan pekerjaan rahasia para penjahat, penyelundupan menjadi penyelamat bagi warga Palestina di Gaza setelah blokade tahun 2007. Rafah segera menjadi pusat penyelundupan.
Mulai dari rokok hingga pakaian telah diselundupkan ke Gaza melalui terowongan yang menghubungkan Mesir dan Palestina. Pada tahun 2015, Mesir membanjiri terowongan tersebut dengan tujuan mengakhiri penyelundupan. Kampanye Mesir untuk menghancurkan terowongan tersebut sebagian besar berhasil dan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian Gaza. Ada laporan dalam beberapa tahun terakhir tentang warga Palestina di Rafah yang berupaya memulihkan terowongan tersebut.
Foto/Reuters
Israel membuka penyeberangan Rafah setelah perjanjian damai tahun 1979, dan pergerakan orang dari Gaza ke Mesir tetap berada dalam kendali Israel dari tahun 1982 hingga 2005. Sejak November 2005, penyeberangan Rafah berada di bawah kendali Mesir, Otoritas Palestina, dan Uni Eropa — untuk pertama kalinya. Palestina telah memperoleh sebagian kendali atas salah satu perbatasan internasional mereka.
Baca Juga
2. Memiliki Terowongan yang Tembus dengan Mesir
Foto/Reuters
Melansir NPR, Hamas menguasai Gaza pada Juni 2007, Uni Eropa menarik kendali atas perbatasan tersebut. Blokade bersama Israel dan Mesir selanjutnya dan keputusan mereka untuk menutup penyeberangan Rafah setelah pengambilalihan Hamas secara efektif menutup Jalur Gaza dari semua sisi. Sejak itu, penyeberangan hanya sesekali dibuka untuk warga Palestina.
Untuk menghindari blokade ekonomi yang diberlakukan Israel, para penyelundup menggali ratusan terowongan di bawah perbatasan Rafah, sehingga memungkinkan segala jenis barang masuk ke Jalur Gaza. Dulunya merupakan pekerjaan rahasia para penjahat, penyelundupan menjadi penyelamat bagi warga Palestina di Gaza setelah blokade tahun 2007. Rafah segera menjadi pusat penyelundupan.
Mulai dari rokok hingga pakaian telah diselundupkan ke Gaza melalui terowongan yang menghubungkan Mesir dan Palestina. Pada tahun 2015, Mesir membanjiri terowongan tersebut dengan tujuan mengakhiri penyelundupan. Kampanye Mesir untuk menghancurkan terowongan tersebut sebagian besar berhasil dan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian Gaza. Ada laporan dalam beberapa tahun terakhir tentang warga Palestina di Rafah yang berupaya memulihkan terowongan tersebut.
3. Memiliki Perlintasan Batas untuk Bantuan Kemanusiaan
Foto/Reuters
tulis komentar anda