Kisah Pangeran Arab Saudi Tembak Mati Diplomat Inggris, Picu Raja Abdulaziz Melarang Alkohol

Kamis, 25 Januari 2024 - 08:54 WIB
Arab Saudi bersiap membuka tokoh minuman alkohol pertamanya. Kerajaan melarang alkohol sejak 1952 setelah seorang pangeran menembak mati diplomat Inggris dalam pesta gara-gara minuman keras. Foto/REUTERS
RIYADH - Arab Saudi bersiap membuka toko minuman beralkohol pertama di kerajaan, yang khusus melayani diplomat non-Muslim. Kebijakan tidak biasa ini mengakhiri larangan ketat yang diberlakukan almarhum Raja Abdulaziz Ibn Saud tahun 1952.

Gebarakan ini terjadi di era Putra Mahkota Mohammed bin Salman, putra Raja Salman yang menjadi penguasa de facto kerajaan.

Sejarah Arab Saudi Melarang Minuman Alkohol



Arab Saudi telah melarang penjualan dan konsumsi minuman beralkohol secara ketat sejak 1952.

Larangan itu sebagai respons atas insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz al-Saud dan diplomat Inggris, Cyril Ousman.



Di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh diplomat tersebut, yang saat itu menjabat sebagai wakil konsul Inggris di Jeddah, pangeran berusia 19 tahun itu menembak mati Ousman setelah dia menolak untuk memberinya lebih banyak alkohol.

Menyusul pembunuhan tersebut—yang membuat Pangeran Mishari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup—Raja Abdulaziz Ibn Saud, pendiri negara Saudi modern, melarang semua minuman beralkohol di negara tersebut.

Sekarang Alkohol Dibolehkan untuk Diplomat Non-Muslim

Sumber kerajaan memberitahu Reuters bahwa toko minuman alkohol pertama akan dibuka di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, dan akan dibatasi secara ketat untuk non-Muslim.

Toko tersebut diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang.

Meskipun konsumsi alkohol secara diam-diam selalu ada di negara ini, di mana pejabat asing sering memperolehnya melalui kantong diplomatik, toko yang siap dibuka ini akan menandai penjualan legal pertama minuman beralkohol—sebuah langkah yang mungkin akan membuat marah banyak Muslim konservatif yang memandang konsumsi alkohol dilarang oleh ajaran Islam.

Langkah ini dilakukan setelah peraturan yang diumumkan pada akhir pekan oleh media lokal bertujuan untuk membatasi “pertukaran alkohol yang tidak pantas” antar-kediaman diplomatik.

Sebuah pernyataan pemerintah Arab Saudi pada hari Rabu mengatakan: "Pihak berwenang memperkenalkan kerangka peraturan baru untuk melawan perdagangan gelap barang dan produk beralkohol yang diterima oleh misi diplomatik."

“Proses baru ini akan fokus pada pengalokasian barang-barang beralkohol dalam jumlah tertentu ketika memasuki kerajaan untuk mengakhiri proses tidak diatur sebelumnya yang menyebabkan pertukaran barang-barang tersebut tidak terkendali di kerajaan," lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Middle East Eye, Kamis (25/1/2024).

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sangat ingin mendorong sejumlah reformasi sosial di kerajaan sebagai bagian dari Visi Saudi 2030 yang banyak digembar-gemborkan.

Dia membatalkan larangan mengemudi bagi perempuan pada tahun 2018 dan mengizinkan konser publik dan perluasan bioskop, bahkan ketika dia memberlakukan tindakan keras yang meluas terhadap kritikus liberal dan konservatif di kerajaan tersebut dan membungkam perbedaan pendapat.

Namun, terlepas dari rumor yang beredar, terdapat banyak penolakan dari masyarakat terhadap usulan untuk membatalkan larangan alkohol selama 72 tahun.

Orang yang dihukum karena mengonsumsi alkohol di Arab Saudi sebelumnya dapat dikenakan denda, hukuman penjara, cambuk di depan umum, dan deportasi bagi orang asing.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More