Lavrov: Israel Mengejar Tujuan Serupa dengan Rusia
Jum'at, 29 Desember 2023 - 08:01 WIB
MOSKOW - Tujuan yang dinyatakan Israel dalam operasinya melawan Hamas di Gaza tampaknya hampir sama dengan tujuan Rusia dalam kampanyenya melawan pemerintah Ukraina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengatakan hal itu dalam wawancara dengan RIA Novosti pada Kamis (28/12/2023).
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melakukan kampanye pengeboman tanpa henti di daerah kantong Palestina di Gaza selama dua bulan terakhir menyusul serangan mendadak Hamas di wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober.
Serangan yang dilakukan pejuang Palestina menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan penculikan lebih dari 200 sandera.
Sementara itu, tanggapan brutal Israel telah memakan korban jiwa lebih dari 21.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan tujuan akhir IDF adalah penghancuran total gerakan Hamas dalam segala bentuknya di Gaza.
Namun Lavrov mencatat tujuan-tujuan ini tampaknya mirip dengan “demiliterisasi” dan “denazifikasi,” yang telah dilakukan Moskow di Ukraina sejak melancarkan serangannya pada Februari 2022.
Diplomat tersebut mencatat kemunafikan yang ditunjukkan mantan pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri Yair Lapid, yang mengutuk operasi militer Rusia dan menuduh Moskow menyerang penduduk sipil dan mencaplok sebagian wilayah Ukraina. “Ini tidak adil,” tegas Lavrov.
Pada saat yang sama, menlu Rusia menunjukkan PM Israel saat ini Benjamin Netanyahu tidak membiarkan dirinya membuat pernyataan apa pun mengenai Rusia, meskipun ada kritik internasional dan dirinya berada dalam “situasi yang sulit.”
Netanyahu memasuki masa jabatan keenamnya pada bulan Desember 2022 hingga sekarang.
Lavrov lebih lanjut mengingat Netanyahu telah mengadakan dua percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Israel telah membantu Moskow mengevakuasi warga Rusia dari Gaza.
“Oleh karena itu, kita perlu sangat berhati-hati mengenai sejarah bersama kita dengan Israel dan, yang terpenting, sejarah perjuangan melawan Nazisme. Ini adalah hal utama yang menyatukan kita secara historis,” ujar Lavrov.
Rusia telah berulang kali meminta Israel dan Hamas menghentikan permusuhan di Gaza, dan Putin menyatakan satu-satunya cara menyelesaikan krisis Timur Tengah adalah melalui formula “dua negara” yang disetujui Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, Netanyahu menolak mengirimkan bantuan militer ke Ukraina dan malah menawarkan dirinya sebagai calon mediator dalam perundingan damai antara Moskow dan Kiev.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov mengatakan hal itu dalam wawancara dengan RIA Novosti pada Kamis (28/12/2023).
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melakukan kampanye pengeboman tanpa henti di daerah kantong Palestina di Gaza selama dua bulan terakhir menyusul serangan mendadak Hamas di wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober.
Serangan yang dilakukan pejuang Palestina menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan penculikan lebih dari 200 sandera.
Sementara itu, tanggapan brutal Israel telah memakan korban jiwa lebih dari 21.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan tujuan akhir IDF adalah penghancuran total gerakan Hamas dalam segala bentuknya di Gaza.
Namun Lavrov mencatat tujuan-tujuan ini tampaknya mirip dengan “demiliterisasi” dan “denazifikasi,” yang telah dilakukan Moskow di Ukraina sejak melancarkan serangannya pada Februari 2022.
Diplomat tersebut mencatat kemunafikan yang ditunjukkan mantan pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri Yair Lapid, yang mengutuk operasi militer Rusia dan menuduh Moskow menyerang penduduk sipil dan mencaplok sebagian wilayah Ukraina. “Ini tidak adil,” tegas Lavrov.
Pada saat yang sama, menlu Rusia menunjukkan PM Israel saat ini Benjamin Netanyahu tidak membiarkan dirinya membuat pernyataan apa pun mengenai Rusia, meskipun ada kritik internasional dan dirinya berada dalam “situasi yang sulit.”
Netanyahu memasuki masa jabatan keenamnya pada bulan Desember 2022 hingga sekarang.
Lavrov lebih lanjut mengingat Netanyahu telah mengadakan dua percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Israel telah membantu Moskow mengevakuasi warga Rusia dari Gaza.
“Oleh karena itu, kita perlu sangat berhati-hati mengenai sejarah bersama kita dengan Israel dan, yang terpenting, sejarah perjuangan melawan Nazisme. Ini adalah hal utama yang menyatukan kita secara historis,” ujar Lavrov.
Rusia telah berulang kali meminta Israel dan Hamas menghentikan permusuhan di Gaza, dan Putin menyatakan satu-satunya cara menyelesaikan krisis Timur Tengah adalah melalui formula “dua negara” yang disetujui Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, Netanyahu menolak mengirimkan bantuan militer ke Ukraina dan malah menawarkan dirinya sebagai calon mediator dalam perundingan damai antara Moskow dan Kiev.
(sya)
tulis komentar anda