Momen Terakhir Bocah di Jenin: Bermain Bareng Teman, Tewas Ditembak Tentara Israel

Minggu, 10 Desember 2023 - 09:08 WIB
Basil belajar di Sekolah Menengah Jenin di kelas 10.

“Ibunya, seorang apoteker, dan saya bermimpi bahwa dia akan menjadi seorang dokter dan belajar kedokteran – tetapi kami tidak pernah memaksanya untuk memilih jurusan apa pun,” ungkap Suleiman.

Kini, mimpi-mimpi itu telah digantikan oleh kesedihan yang tak terlukiskan bagi keluarga Basil, di antara sedikitnya 63 anak yang tewas dalam serangan Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober.

“Rasa sakitnya sangat berat,” kata sang ayah. “Yang terjadi lebih berat dari gunung, perasaan yang hanya dirasakan oleh orang tua,” ungkapnya.

Paman Basil, Hazem Abu al-Wafa, yang bekerja di laboratorium analisis medis, menggambarkan keponakannya sebagai anak yang sederhana.

“Basil adalah seorang anak yang tidak tahu apa pun dalam hidupnya kecuali sekolahnya, bukunya, dan bermain dengan teman-temannya, seperti kesukaan anak lainnya,” kata Hazem.



Hazem, saudara laki-lakinya Suleiman dan seluruh keluarga mereka biasanya bertemu setiap akhir pekan di desa Silat al-Harithiya, tempat mereka memiliki rumah. Di situlah Hazem terakhir kali bertemu keponakannya — akhir pekan sebelum kematiannya.

Keluarga, kata Hazem, menghargai pendidikan, sebagai konsekuensi dari cara mereka dibesarkan.

“Kami tumbuh di lingkungan yang membuat kami merayakan jika salah satu anak kami mendapat nilai bagus,” ujarnya.

“Ayah kami sering bekerja untuk kami, dan dia adalah seorang guru,” imbuhnya.

Suleiman dan Hazem termasuk dalam sembilan bersaudara — lima saudara laki-laki dan empat saudara perempuan. “Kami semua adalah lulusan universitas.”

Basil juga merupakan teman baik, kata Hassan al-Masry, 14 tahun. Keduanya pertama kali bertemu di awal tahun dan bermain-main serta bercanda, dengan cepat menjadi teman dekat. Sehari sebelum Basil ditembak, mereka sedang duduk bersama teman-teman lainnya. Mereka membuat api sambil mengobrol.

“Kami bahagia dan tertawa, dan tidak ada yang lebih baik dari ini,” kenang Hassan.

Keesokan harinya, dia sedang duduk bersama Basil di tempat mereka ngumpuk seperti biasa, ketika ibu Hassan memanggilnya pulang untuk makan siang.

Saat dia sedang makan, dia mendengar suara peluru dan orang-orang berteriak. “Saya berlari keluar,” katanya.

Dan ia mendapati temannya Basil, dengan Adam, sudah tewas.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More