Militer Israel: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Adalah Orang yang Menanti Ajal
Rabu, 29 November 2023 - 17:50 WIB
Setelah serangan 7 Oktober, juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht menyebut Sinwar sebagai "wajah kejahatan" dan menyatakan dia sebagai "dead man walking".
Lahir di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan, Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu Intifada Pertama dimulai pada tahun 1987.
Sinwar membentuk aparat keamanan internal kelompok itu pada tahun berikutnya, dan kemudian mengepalai unit intelijen yang bertugas mengusir dan menghukum tanpa ampun—terkadang membunuh—warga Palestina yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.
Menurut transkrip interogasi dengan petugas keamanan yang diterbitkan di media Israel, Sinwar mengaku telah mencekik seorang tersangka kolaborator dengan syal keffiyeh di pemakaman Khan Yunis.
Sebagai lulusan Universitas Islam di Gaza, dia belajar bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel, dan disebut memiliki pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.
Dia menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel ketika dia menjadi orang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.
Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil kepemimpinan keseluruhan gerakan tersebut di Gaza.
Meskipun pendahulunya mendorong upaya Hamas untuk menampilkan wajah moderat kepada dunia, Sinwar lebih memilih untuk menonjolkan masalah Palestina dengan cara yang lebih keras.
Pemerintah Hamas di Gaza mengatakan serangan udara dan darat yang dilancarkan Israel sebagai respons terhadap serangan 7 Oktober telah menewaskan hampir 15.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sinwar memimpikan satu negara Palestina yang menyatukan Jalur Gaza dan Tepi Barat—wilayah yang diduduki Israel dan dikendalikan oleh partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas—dan beribu kota di Yerusalem timur.
Lahir di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan, Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu Intifada Pertama dimulai pada tahun 1987.
Sinwar membentuk aparat keamanan internal kelompok itu pada tahun berikutnya, dan kemudian mengepalai unit intelijen yang bertugas mengusir dan menghukum tanpa ampun—terkadang membunuh—warga Palestina yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.
Menurut transkrip interogasi dengan petugas keamanan yang diterbitkan di media Israel, Sinwar mengaku telah mencekik seorang tersangka kolaborator dengan syal keffiyeh di pemakaman Khan Yunis.
Sebagai lulusan Universitas Islam di Gaza, dia belajar bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel, dan disebut memiliki pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.
Dia menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel ketika dia menjadi orang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.
Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil kepemimpinan keseluruhan gerakan tersebut di Gaza.
Meskipun pendahulunya mendorong upaya Hamas untuk menampilkan wajah moderat kepada dunia, Sinwar lebih memilih untuk menonjolkan masalah Palestina dengan cara yang lebih keras.
Pemerintah Hamas di Gaza mengatakan serangan udara dan darat yang dilancarkan Israel sebagai respons terhadap serangan 7 Oktober telah menewaskan hampir 15.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sinwar memimpikan satu negara Palestina yang menyatukan Jalur Gaza dan Tepi Barat—wilayah yang diduduki Israel dan dikendalikan oleh partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas—dan beribu kota di Yerusalem timur.
tulis komentar anda