Anak Palestina yang Bebas dari Penjara Israel Mengaku Dipukuli, Disiksa, dan Kelaparan
Senin, 27 November 2023 - 19:45 WIB
Kondisi tidak manusiawi juga disinggung Yasser Zaaymeh. “Pasukan pendudukan memperlakukan kami dengan kekerasan selama kami ditahan dan memperlakukan kami dengan kasar. Mereka memukuli tahanan,” ungkap dia.
Dia ditahan di penjara Megiddo. “Saya menyaksikan kematian sejumlah tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel,” papar dia.
Hassan Darwish mengaku dia “terkejut” dengan pembebasannya yang “tidak terduga”. Dia menggambarkan kondisi tempat dia ditahan secara mengerikan, termasuk penganiayaan, pemukulan, isolasi dan penyerbuan penjara dengan anjing polisi dan unit khusus.
“Genosida dan pembantaian warga sipil di Gaza menyebabkan banyak penderitaan bagi para tahanan,” papar dia.
Dia menambahkan, “Kami berdoa untuk ketabahan mereka dan untuk berakhirnya perang yang brutal ini.”
Dua saudara laki-laki dari Silwan di Yerusalem termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Kami sangat senang bisa terbebas dari kekangan pendudukan Israel,” ungkap Qassam dan Nasrallah, “karena kami tidak menyangka akan dibebaskan, apalagi perlakuan di dalam penjara sangat buruk, terutama setelah perang Gaza.”
Mereka mengatakan otoritas pendudukan menahan makanan selama berhari-hari, dan melakukan inspeksi malam hari dengan anjing, dengan banyak teror dan intimidasi sistematis.
“Kami sangat sedih dengan apa yang terjadi pada rakyat kami di Jalur Gaza. Kita telah mengikuti berita-berita yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun dan kita telah melihat besarnya pemboman, pembunuhan dan penghancuran terhadap warga serta terjadinya pembantaian di mana-mana. Otoritas penjara Israel dengan sengaja menayangkan saluran-saluran Israel yang menyiarkan adegan penghancuran dan pembunuhan untuk mencoba menakut-nakuti kami dan membunuh moral kami,” papar dia.
Kepala Otoritas Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Qaddoura Fares, menggambarkan apa yang terjadi di pusat-pusat penahanan Israel sejak 7 Oktober sebagai “kejahatan perang” yang dimulai dalam kerangka tindakan balas dendam.
“Serangan brutal yang berulang-ulang terhadap para tahanan menyebabkan kematian enam tahanan dan melukai ratusan lainnya termasuk luka dan patah tulang di sekujur tubuh mereka, dan korban luka tidak mendapatkan perawatan,” ungkap Fares.
Dia ditahan di penjara Megiddo. “Saya menyaksikan kematian sejumlah tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel,” papar dia.
Hassan Darwish mengaku dia “terkejut” dengan pembebasannya yang “tidak terduga”. Dia menggambarkan kondisi tempat dia ditahan secara mengerikan, termasuk penganiayaan, pemukulan, isolasi dan penyerbuan penjara dengan anjing polisi dan unit khusus.
“Genosida dan pembantaian warga sipil di Gaza menyebabkan banyak penderitaan bagi para tahanan,” papar dia.
Dia menambahkan, “Kami berdoa untuk ketabahan mereka dan untuk berakhirnya perang yang brutal ini.”
Dua saudara laki-laki dari Silwan di Yerusalem termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Kami sangat senang bisa terbebas dari kekangan pendudukan Israel,” ungkap Qassam dan Nasrallah, “karena kami tidak menyangka akan dibebaskan, apalagi perlakuan di dalam penjara sangat buruk, terutama setelah perang Gaza.”
Mereka mengatakan otoritas pendudukan menahan makanan selama berhari-hari, dan melakukan inspeksi malam hari dengan anjing, dengan banyak teror dan intimidasi sistematis.
“Kami sangat sedih dengan apa yang terjadi pada rakyat kami di Jalur Gaza. Kita telah mengikuti berita-berita yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun dan kita telah melihat besarnya pemboman, pembunuhan dan penghancuran terhadap warga serta terjadinya pembantaian di mana-mana. Otoritas penjara Israel dengan sengaja menayangkan saluran-saluran Israel yang menyiarkan adegan penghancuran dan pembunuhan untuk mencoba menakut-nakuti kami dan membunuh moral kami,” papar dia.
Kepala Otoritas Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Qaddoura Fares, menggambarkan apa yang terjadi di pusat-pusat penahanan Israel sejak 7 Oktober sebagai “kejahatan perang” yang dimulai dalam kerangka tindakan balas dendam.
“Serangan brutal yang berulang-ulang terhadap para tahanan menyebabkan kematian enam tahanan dan melukai ratusan lainnya termasuk luka dan patah tulang di sekujur tubuh mereka, dan korban luka tidak mendapatkan perawatan,” ungkap Fares.
tulis komentar anda