Anak Palestina yang Bebas dari Penjara Israel Mengaku Dipukuli, Disiksa, dan Kelaparan
Senin, 27 November 2023 - 19:45 WIB
GAZA - Gelombang terakhir anak-anak Palestina yang dibebaskan Israel sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dengan Hamas telah berbicara tentang pengalaman mereka di penjara.
Mereka mengaku dipukuli, disiksa, dianiaya, sengaja dibuat kelaparan dan sengaja dirampas informasinya tentang apa yang terjadi di dunia di luar tembok penjara.
Menurut Yousef Burqan, warga lingkungan Al-Thawri di Yerusalem, dia dipukuli oleh petugas penjara Israel, sebelum dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan pejuang Palestina di Gaza.
Dia mengungkapkan harapannya agar semua tahanan Palestina dibebaskan karena kondisi yang sangat sulit di dalam penjara Israel.
Qusay Taqatqa dari Betlehem ditangkap tahun lalu ketika dia berusia 16 tahun. Dia menjelaskan, dia dan rekan-rekan tahanannya mendengar tentang operasi Hamas pada tanggal 7 Oktober melalui radio, setelah itu petugas penjara menyita semua televisi dan radio dan “mengubah total” cara mereka memperlakukan para tahanan.
“Perlakuan administrasi penjara sangat biadab selama 50 hari. Mereka merampas semua barang-barang kami. Kunjungan keluarga atau bahkan komunikasi tidak diperbolehkan,” ujar dia.
“Kondisi penahanan kami di penjara pendudukan sangat keras,” ungkap Omar Al-Shwaiki. “Ketika otoritas pendudukan menangkap saya, saya berusia 15 tahun, dan ruang penahanan memiliki 12 tahanan, meskipun sebenarnya hanya untuk enam orang.”
Dia menunjukkan para tahanan menderita kondisi yang “tidak manusiawi”. “Itu sangat kejam, dan ada banyak anak berusia antara 13 dan 15 tahun yang ditahan oleh pendudukan,” papar dia.
Kondisi tidak manusiawi juga disinggung Yasser Zaaymeh. “Pasukan pendudukan memperlakukan kami dengan kekerasan selama kami ditahan dan memperlakukan kami dengan kasar. Mereka memukuli tahanan,” ungkap dia.
Dia ditahan di penjara Megiddo. “Saya menyaksikan kematian sejumlah tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel,” papar dia.
Hassan Darwish mengaku dia “terkejut” dengan pembebasannya yang “tidak terduga”. Dia menggambarkan kondisi tempat dia ditahan secara mengerikan, termasuk penganiayaan, pemukulan, isolasi dan penyerbuan penjara dengan anjing polisi dan unit khusus.
“Genosida dan pembantaian warga sipil di Gaza menyebabkan banyak penderitaan bagi para tahanan,” papar dia.
Dia menambahkan, “Kami berdoa untuk ketabahan mereka dan untuk berakhirnya perang yang brutal ini.”
Dua saudara laki-laki dari Silwan di Yerusalem termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Kami sangat senang bisa terbebas dari kekangan pendudukan Israel,” ungkap Qassam dan Nasrallah, “karena kami tidak menyangka akan dibebaskan, apalagi perlakuan di dalam penjara sangat buruk, terutama setelah perang Gaza.”
Mereka mengatakan otoritas pendudukan menahan makanan selama berhari-hari, dan melakukan inspeksi malam hari dengan anjing, dengan banyak teror dan intimidasi sistematis.
“Kami sangat sedih dengan apa yang terjadi pada rakyat kami di Jalur Gaza. Kita telah mengikuti berita-berita yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun dan kita telah melihat besarnya pemboman, pembunuhan dan penghancuran terhadap warga serta terjadinya pembantaian di mana-mana. Otoritas penjara Israel dengan sengaja menayangkan saluran-saluran Israel yang menyiarkan adegan penghancuran dan pembunuhan untuk mencoba menakut-nakuti kami dan membunuh moral kami,” papar dia.
Kepala Otoritas Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Qaddoura Fares, menggambarkan apa yang terjadi di pusat-pusat penahanan Israel sejak 7 Oktober sebagai “kejahatan perang” yang dimulai dalam kerangka tindakan balas dendam.
“Serangan brutal yang berulang-ulang terhadap para tahanan menyebabkan kematian enam tahanan dan melukai ratusan lainnya termasuk luka dan patah tulang di sekujur tubuh mereka, dan korban luka tidak mendapatkan perawatan,” ungkap Fares.
Dia menekankan hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena banyak narapidana yang belum pernah meninggal dalam jangka waktu 50 hari.
Pejabat itu menambahkan otoritas penjara Israel menyita harta benda para tahanan. “Mereka bahkan menyita teko… para tahanan saat ini menggigil kedinginan tanpa selimut, bantal atau pakaian musim dingin.
Hukuman kolektif dilakukan terhadap tahanan di penjara pendudukan, dan makanan yang cukup untuk dua orang disajikan untuk sepuluh orang,” papar dia.
Sebagian besar tahanan Palestina yang ditahan Israel dikatakan telah kehilangan banyak berat badan selama 50 hari terakhir.
Fares menunjukkan sel-sel sudah penuh sesak setelah Israel memberlakukan undang-undang yang mengizinkan orang ditempatkan di sel dengan kapasitas dua kali lipat.
Hal paling berbahaya yang terjadi di dalam pusat penahanan, menurut dia, adalah penggunaan “unit bersenjata dan pasukan khusus yang berkeliaran di blok sel dengan senjata api otomatis.”
Dia menjelaskan ini adalah upaya memicu tahanan Palestina ke dalam konfrontasi “untuk membenarkan penembakan mereka.”
Mereka mengaku dipukuli, disiksa, dianiaya, sengaja dibuat kelaparan dan sengaja dirampas informasinya tentang apa yang terjadi di dunia di luar tembok penjara.
Menurut Yousef Burqan, warga lingkungan Al-Thawri di Yerusalem, dia dipukuli oleh petugas penjara Israel, sebelum dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan pejuang Palestina di Gaza.
Dia mengungkapkan harapannya agar semua tahanan Palestina dibebaskan karena kondisi yang sangat sulit di dalam penjara Israel.
Qusay Taqatqa dari Betlehem ditangkap tahun lalu ketika dia berusia 16 tahun. Dia menjelaskan, dia dan rekan-rekan tahanannya mendengar tentang operasi Hamas pada tanggal 7 Oktober melalui radio, setelah itu petugas penjara menyita semua televisi dan radio dan “mengubah total” cara mereka memperlakukan para tahanan.
“Perlakuan administrasi penjara sangat biadab selama 50 hari. Mereka merampas semua barang-barang kami. Kunjungan keluarga atau bahkan komunikasi tidak diperbolehkan,” ujar dia.
“Kondisi penahanan kami di penjara pendudukan sangat keras,” ungkap Omar Al-Shwaiki. “Ketika otoritas pendudukan menangkap saya, saya berusia 15 tahun, dan ruang penahanan memiliki 12 tahanan, meskipun sebenarnya hanya untuk enam orang.”
Dia menunjukkan para tahanan menderita kondisi yang “tidak manusiawi”. “Itu sangat kejam, dan ada banyak anak berusia antara 13 dan 15 tahun yang ditahan oleh pendudukan,” papar dia.
Kondisi tidak manusiawi juga disinggung Yasser Zaaymeh. “Pasukan pendudukan memperlakukan kami dengan kekerasan selama kami ditahan dan memperlakukan kami dengan kasar. Mereka memukuli tahanan,” ungkap dia.
Dia ditahan di penjara Megiddo. “Saya menyaksikan kematian sejumlah tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel,” papar dia.
Hassan Darwish mengaku dia “terkejut” dengan pembebasannya yang “tidak terduga”. Dia menggambarkan kondisi tempat dia ditahan secara mengerikan, termasuk penganiayaan, pemukulan, isolasi dan penyerbuan penjara dengan anjing polisi dan unit khusus.
“Genosida dan pembantaian warga sipil di Gaza menyebabkan banyak penderitaan bagi para tahanan,” papar dia.
Dia menambahkan, “Kami berdoa untuk ketabahan mereka dan untuk berakhirnya perang yang brutal ini.”
Dua saudara laki-laki dari Silwan di Yerusalem termasuk di antara mereka yang dibebaskan. “Kami sangat senang bisa terbebas dari kekangan pendudukan Israel,” ungkap Qassam dan Nasrallah, “karena kami tidak menyangka akan dibebaskan, apalagi perlakuan di dalam penjara sangat buruk, terutama setelah perang Gaza.”
Mereka mengatakan otoritas pendudukan menahan makanan selama berhari-hari, dan melakukan inspeksi malam hari dengan anjing, dengan banyak teror dan intimidasi sistematis.
“Kami sangat sedih dengan apa yang terjadi pada rakyat kami di Jalur Gaza. Kita telah mengikuti berita-berita yang tidak dapat dibayangkan oleh siapa pun dan kita telah melihat besarnya pemboman, pembunuhan dan penghancuran terhadap warga serta terjadinya pembantaian di mana-mana. Otoritas penjara Israel dengan sengaja menayangkan saluran-saluran Israel yang menyiarkan adegan penghancuran dan pembunuhan untuk mencoba menakut-nakuti kami dan membunuh moral kami,” papar dia.
Kepala Otoritas Palestina untuk Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, Qaddoura Fares, menggambarkan apa yang terjadi di pusat-pusat penahanan Israel sejak 7 Oktober sebagai “kejahatan perang” yang dimulai dalam kerangka tindakan balas dendam.
“Serangan brutal yang berulang-ulang terhadap para tahanan menyebabkan kematian enam tahanan dan melukai ratusan lainnya termasuk luka dan patah tulang di sekujur tubuh mereka, dan korban luka tidak mendapatkan perawatan,” ungkap Fares.
Dia menekankan hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena banyak narapidana yang belum pernah meninggal dalam jangka waktu 50 hari.
Pejabat itu menambahkan otoritas penjara Israel menyita harta benda para tahanan. “Mereka bahkan menyita teko… para tahanan saat ini menggigil kedinginan tanpa selimut, bantal atau pakaian musim dingin.
Hukuman kolektif dilakukan terhadap tahanan di penjara pendudukan, dan makanan yang cukup untuk dua orang disajikan untuk sepuluh orang,” papar dia.
Sebagian besar tahanan Palestina yang ditahan Israel dikatakan telah kehilangan banyak berat badan selama 50 hari terakhir.
Fares menunjukkan sel-sel sudah penuh sesak setelah Israel memberlakukan undang-undang yang mengizinkan orang ditempatkan di sel dengan kapasitas dua kali lipat.
Hal paling berbahaya yang terjadi di dalam pusat penahanan, menurut dia, adalah penggunaan “unit bersenjata dan pasukan khusus yang berkeliaran di blok sel dengan senjata api otomatis.”
Dia menjelaskan ini adalah upaya memicu tahanan Palestina ke dalam konfrontasi “untuk membenarkan penembakan mereka.”
(sya)
tulis komentar anda