Partai Anti-Islam Menang Pemilu, Muslim Belanda Ketar-ketir

Jum'at, 24 November 2023 - 01:37 WIB
Umat Muslim Belanda khawatir dengan kemenangan partai sayap kanan anti Islam yang dipimpin oleh Geert Wilders dalam pemilu parlemen. Foto/PBS
AMSTERDAM - Berita kemenangan partai sayap kanan anti-Islam yang dipimpin oleh Geert Wilders dalam pemilu parlemen Belanda mengejutkan banyak pihak. Hasil pemilu itu memicu peringatan terkait apa yang mungkin terjadi di negara yang pernah dianggap sebagai mercusuar toleransi tersebut.

“Hasil pemilu ini mengejutkan umat Islam Belanda,” kata Muhsin Koktas dari Badan Kontak Muslim dan Pemerintah.

“Kami tidak menyangka partai yang programnya bertentangan dengan prinsip dasar supremasi hukum akan menjadi sebesar ini,” imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (24/11/2023).



Saat memimpin Partai untuk Kebebasan (PVV), Wilders telah lama menargetkan Islam, menggambarkannya sebagai ideologi fasis yang terdiri dari “budaya terbelakang” dan “agama terbelakang”. Sejak tahun 2004, ia berada di bawah perlindungan polisi dan pada tahun 2016 dihukum karena melakukan diskriminasi setelah ia menyebut orang Maroko sebagai “sampah” pada rapat umum kampanye.

Meskipun ia berusaha melunakkan retorika anti-Islamnya menjelang pemilu, manifesto partainya mencakup larangan masjid, Al-Quran, dan jilbab di gedung-gedung pemerintah. Ketika keuntungan partainya menjadi jelas pada Rabu malam, Wilders berjanji untuk mendorong kebijakan “sesuai hukum dan konstitusi”.

Perubahan nada yang nyatanya tidak memberikan kenyamanan bagi Köktas.

“Kami mempunyai keprihatinan besar mengenai masa depan Islam dan Muslim di Belanda,” katanya.

Ia berharap masyarakat dari seluruh Belanda akan bersatu untuk membela dan melindungi supremasi hukum.

“Hal ini mutlak diperlukan, tidak hanya untuk masa depan umat Islam tetapi juga untuk masa depan masyarakat Belanda yang damai,” tambahnya.

Dengan hampir seluruh suara telah dihitung, hasil awal pemilu pada hari Rabu menunjukkan PVV memperoleh 37 kursi, lebih banyak dibandingkan partai mana pun.



“Kesusahan dan ketakutan sangat besar,” kata Habib El Kaddouri, yang memimpin sebuah organisasi Belanda yang mewakili warga Maroko Belanda.

“Wilders dikenal karena gagasannya tentang Muslim dan Maroko. Kami takut dia akan menggambarkan kami sebagai warga negara kelas dua,” ia menambahkan.

Meskipun masih harus dilihat apakah Wilders dapat mengumpulkan cukup dukungan untuk membentuk kursi mayoritas atau menjadi perdana menteri, El Kaddouri menunjuk pada pesan yang lebih luas yang dikirim oleh Belanda yang merangkul pria yang dicap sebagai Donald Trump versi Belanda itu.

“Saya tidak tahu apakah umat Islam masih aman di Belanda,” katanya kepada kantor berita ANP. “Saya khawatir dengan negara ini,” sambungnya.

Stephan van Baarle, pemimpin partai hak minoritas Denk, menolak memberi selamat kepada Wilders atas keberhasilan PVV memenangkan pemilu.

“Fakta bahwa PVV adalah partai terbesar merupakan ancaman bagi satu juta Muslim Belanda,” katanya kepada stasiun televisi Nos.

“Tuan Wilders ingin mencabut hak-hak mereka,” tambahnya, menggambarkan hasil pemilu sebagai “ancaman terhadap negara hukum kita” dan tidak layak mendapat ucapan selamat.

“Ini adalah alasan untuk berjuang lebih keras lagi melawan diskriminasi,” tegasnya.

Pada Rabu malam, Wilders mengatakan dia akan berusaha memenuhi harapan para pemilihnya dan bersumpah bahwa “Belanda akan dikembalikan ke Belanda, tsunami suaka dan migrasi akan diatasi”.

Di Dewan Pengungsi Belanda, sikap garis keras terhadap suaka mendapat kekecewaan. Dalam sebuah pernyataan, LSM tersebut mencatat bahwa mereka sangat prihatin terhadap orang-orang yang harus melarikan diri dari perang dan kekerasan, karena partai yang secara tegas menganjurkan pembekuan suaka telah menjadi partai terbesar di Belanda.

Badan itu menambahkan bahwa tidak mungkin mengabaikan VVD dan NSC. Kedua partai tersebut juga mengadvokasi lebih sedikit pencari suaka, dan juga menerima sejumlah besar suara ketika masyarakat di Belanda bergulat dengan isu-isu seperti kekurangan perumahan dan krisis iklim.



“Kami meminta kabinet berikutnya untuk tidak terjebak dalam politik simbol yang memicu polarisasi,” kata Frank Candel, Ketua Dewan.

“Tetapi untuk mulai mencari solusi yang mengatasi kekhawatiran warga negara dan baik bagi pengungsi,” imbuhnya.

Meskipun kemungkinan Wilders menjadi perdana menteri Belanda berikutnya masih kecil, fakta bahwa begitu banyak pemilih yang mendukungnya sungguh mengecewakan, kata Mustafa Ayranci dari asosiasi pekerja Turki HTIB.

“Rakyat Belanda sudah mengeluarkan pernyataan. Kita harus menghormatinya,” katanya kepada kantor berita Belanda ANP.

Ayranci mengatakan jika Wilders mendapatkan dukungan yang cukup untuk membentuk koalisi dengan mayoritas parlemen, dia akan mengamati apakah pemimpin sayap kanan itu akan menepati janjinya, yang dibuat menjelang pemilu, untuk bertindak sebagai perdana menteri untuk seluruh rakyat Belanda.

Harapannya, katanya, adalah bahwa dia tidak hanya akan menjadi perdana menteri Jan dan Piet, tetapi juga Mustafa dan Ahmed.

Mohammed Aknin, seorang pemimpin Muslim terkemuka di kota Tilburg, mengatakan dia menghabiskan Rabu malamnya untuk menerima pesan-pesan WhatsApp dari anggota masyarakat yang khawatir.

“Orang-orang takut, misalnya, akan ada larangan jilbab dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Apa yang terjadi selanjutnya hanyalah dugaan siapa pun, katanya kepada lembaga penyiaran publik Omroep Brabant.

“Rubah mungkin kehilangan rambutnya, tapi tidak dengan kelicikannya,” katanya.

“Selama 20 tahun terakhir dia sudah jelas dalam apa yang dia pikirkan. Kami hanya harus menunggu dan melihat apa yang bisa dia lakukan selanjutnya,” tukasnya.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More