Nasib Warga Palestina di Hebron: Hidup Bak di Penjara, Jadi Bulan-bulanan Kekerasan Israel
Senin, 06 November 2023 - 15:39 WIB
“Mereka menyerang kami, mereka mengucapkan segala macam kata-kata yang mengerikan untuk memancing reaksi, sehingga mereka punya alasan untuk membunuh kami,” ujarnya.
Militer Israel di kawasan H2 juga telah memaksa sebagian besar anak-anak Palestina tidak dapat bersekolah, walaupun militer baru-baru ini mengeklaim telah mengizinkan para siswa Palestina berjalan di luar dan melintasi pos pemeriksaan.
Para orang tua takut anak-anak mereka diserang pemukim Israel bersenjata.
Beberapa keluarga telah mencoba melakukan pembelajaran online, tetapi koneksi internet yang buruk menjadi penghambat untuk melakukan aktivitas pembelajaran.
Selain pendidikan, akses terhadap layanan medis dan pekerjaan juga dibatasi oleh para tentara Israel di Hebron.
Pembatasan pergerakan yang ketat membuat warga tidak dapat mengakses layanan dasar atau perawatan medis, bahkan ketika mereka sangat membutuhkannya.
Dibatasinya akses kehidupan terhadap kehidupan warga Palestina di Hebron, membuat warga kehilangan pekerjaan dan cadangan uang tunai mereka semakin hari semakin menipis.
“Sebagian besar keluarga di daerah ini adalah pekerja tetap dan pekerja kerah biru,” kata Hamdan dari HRC.
“Kalau tidak bekerja, mereka tidak punya penghasilan. Jadi bagaimana mereka bisa menutupi pengeluaran jika mereka tidak bisa bekerja?” lanjut Hamdan.
Menurut laporan Anadolu, pendudukan militer Israel di Hebron telah memaksa lebih dari 250 warga Palestina dari desa Zanuta, di selatan Hebron, terpaksa meninggalkan rumah dan tanah mereka karena kekerasan dan serangan yang dilakukan oleh pemukim Israel.
Militer Israel di kawasan H2 juga telah memaksa sebagian besar anak-anak Palestina tidak dapat bersekolah, walaupun militer baru-baru ini mengeklaim telah mengizinkan para siswa Palestina berjalan di luar dan melintasi pos pemeriksaan.
Para orang tua takut anak-anak mereka diserang pemukim Israel bersenjata.
Beberapa keluarga telah mencoba melakukan pembelajaran online, tetapi koneksi internet yang buruk menjadi penghambat untuk melakukan aktivitas pembelajaran.
Selain pendidikan, akses terhadap layanan medis dan pekerjaan juga dibatasi oleh para tentara Israel di Hebron.
Pembatasan pergerakan yang ketat membuat warga tidak dapat mengakses layanan dasar atau perawatan medis, bahkan ketika mereka sangat membutuhkannya.
Dibatasinya akses kehidupan terhadap kehidupan warga Palestina di Hebron, membuat warga kehilangan pekerjaan dan cadangan uang tunai mereka semakin hari semakin menipis.
“Sebagian besar keluarga di daerah ini adalah pekerja tetap dan pekerja kerah biru,” kata Hamdan dari HRC.
“Kalau tidak bekerja, mereka tidak punya penghasilan. Jadi bagaimana mereka bisa menutupi pengeluaran jika mereka tidak bisa bekerja?” lanjut Hamdan.
Menurut laporan Anadolu, pendudukan militer Israel di Hebron telah memaksa lebih dari 250 warga Palestina dari desa Zanuta, di selatan Hebron, terpaksa meninggalkan rumah dan tanah mereka karena kekerasan dan serangan yang dilakukan oleh pemukim Israel.
tulis komentar anda