Dihujani Roket-roket Gaza, Kota Israel Ini Jadi Kota Hantu
Minggu, 29 Oktober 2023 - 11:31 WIB
Kerusakan harta benda terlihat dimana-mana, rumah dan mobil hancur, apalagi jenazah korban jiwa.
Namun Ashkelon tidak dihitung sebagai salah satu komunitas yang terkena dampak pertempuran dan berhak mendapatkan kompensasi dari pemerintah. Penduduknya juga tidak dievakuasi hingga hari Rabu, sehingga menimbulkan kemarahan dan frustrasi dari warga dan Wali Kota Tomer Glam.
Sehari sebelum evakuasi, Ashkelon tampak seperti sudah dikosongkan.
Tidak jauh dari terminal bus berdiri balai kota, sebagian besar terbengkalai. Di deretan toko di sebelah pintu masuk utama, semua jendelanya retak. Yang satu tidak lagi memiliki pintu, hanya tersisa rangka logamnya.
Kecuali toko telepon, semua toko telah dikunci. Di pintu masuk balai kota duduk Rami, sangat dekat dengan pintu masuk tempat penampungan, memberi tahu mereka yang datang bahwa tidak ada seorang pun di gedung yang menerima mereka.
Di belakang gedung terdapat pintu masuk terpisah ke ruang perang kotamadya, dipagari oleh penghalang polisi, tempat enam penjaga bersenjata berdiri dan menyaring masuknya warga.
"Hanya orang-orang yang berkebutuhan mendesak yang boleh masuk," kata seorang komandan pengawal.
Tzilla, pemilik kedai kopi dan toko roti besar, berusaha sekuat tenaga tersenyum melihat beberapa pelanggan yang masih datang, namun mengaku tenaganya sudah mulai habis.
"Kami tidak punya tempat berlindung di jalan ini. Saat ada alarm, pelanggan dan kami, staf, berkumpul di dapur," katanya kepada MEE.
"Tidak masuk akal... dulu, setiap pelanggan akan mendapat perhatian dariku, sedikit basa-basi, sedikit lelucon. Hari ini aku bilang pada mereka 'cepat, cepat, ambil kopimu dan tinggalkan toko roti' karena disana tidak cukup ruang di dapur untuk melindungi mereka dari rudal," imbuhnya.
Namun Ashkelon tidak dihitung sebagai salah satu komunitas yang terkena dampak pertempuran dan berhak mendapatkan kompensasi dari pemerintah. Penduduknya juga tidak dievakuasi hingga hari Rabu, sehingga menimbulkan kemarahan dan frustrasi dari warga dan Wali Kota Tomer Glam.
Sehari sebelum evakuasi, Ashkelon tampak seperti sudah dikosongkan.
Tidak jauh dari terminal bus berdiri balai kota, sebagian besar terbengkalai. Di deretan toko di sebelah pintu masuk utama, semua jendelanya retak. Yang satu tidak lagi memiliki pintu, hanya tersisa rangka logamnya.
Kecuali toko telepon, semua toko telah dikunci. Di pintu masuk balai kota duduk Rami, sangat dekat dengan pintu masuk tempat penampungan, memberi tahu mereka yang datang bahwa tidak ada seorang pun di gedung yang menerima mereka.
Di belakang gedung terdapat pintu masuk terpisah ke ruang perang kotamadya, dipagari oleh penghalang polisi, tempat enam penjaga bersenjata berdiri dan menyaring masuknya warga.
"Hanya orang-orang yang berkebutuhan mendesak yang boleh masuk," kata seorang komandan pengawal.
Tzilla, pemilik kedai kopi dan toko roti besar, berusaha sekuat tenaga tersenyum melihat beberapa pelanggan yang masih datang, namun mengaku tenaganya sudah mulai habis.
"Kami tidak punya tempat berlindung di jalan ini. Saat ada alarm, pelanggan dan kami, staf, berkumpul di dapur," katanya kepada MEE.
"Tidak masuk akal... dulu, setiap pelanggan akan mendapat perhatian dariku, sedikit basa-basi, sedikit lelucon. Hari ini aku bilang pada mereka 'cepat, cepat, ambil kopimu dan tinggalkan toko roti' karena disana tidak cukup ruang di dapur untuk melindungi mereka dari rudal," imbuhnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda