Melonjak Tajam, Korban Tewas Banjir Libya Tembus 11.300 Jiwa

Jum'at, 15 September 2023 - 16:19 WIB
Citra satelit memperlihatkan kehancuran dahsyat kota Derna di Libya yang diterjang banjir bandang. Foto/NBC News
DERNA - Jumlah korban tewas akibat banjir bandang yang menerjang dan menghancurkan kota Derna di Libya melonjak tajam. Sebanyak 11.300 orang diyakini tewas setelah aliran air deras meluluhlantakkan kota di Libya timur itu, jumlah korban jiwa yang sangat besar yang sebagian besar sebenarnya bisa dihindari.

Sekretaris jenderal Bulan Sabit Merah Libya, Marie el-Drese, mengatakan kepada Associated Press melalui telepon bahwa 10.100 orang lainnya dilaporkan hilang di kota Derna yang hancur. Sebelumnya, pejabat kota mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 20.000 orang.

Penghitungan pasti mengenai peningkatan jumlah korban tewas sangat sulit dilakukan mengingat tingkat kerusakan dan situasi politik yang kacau di wilayah tersebut, dengan jenazah yang masih terdampar di pantai dan penguburan dilakukan di kuburan massal.



Saat tim penyelamat melakukan pencarian di bawah air dan di bawah reruntuhan, muncul kekhawatiran bahwa jenazah yang membusuk dapat menyebabkan wabah penyakit yang mematikan.

"Lebih dari 7.000 warga terluka," kata juru bicara layanan ambulans Osama Ali seperti dikutip dari NBC News, Jumat (15/9/2023).



Sementara itu menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, sebuah badan PBB, sekitar 30.000 orang dari Derna mengungsi.

Jumlah korban tewas bervariasi tergantung pada pejabat mana yang memberikannya, meskipun semuanya memperkirakan jumlah korban mencapai ribuan dan Wali Kota Derna mengatakan bahwa jumlah tersebut bisa meningkat tiga kali lipat ketika tim pencari dan orang yang selamat menemukan lebih banyak mayat di reruntuhan.

“Situasinya sangat besar dan mengejutkan bagi kota Derna. Kami tidak mampu menghadapinya dengan kemampuan kami sebelum badai dan arus deras,” Wali Kota Abdel Moneim al-Ghaithi mengatakan kepada Sky News Arabia pada Rabu malam.

Kantor Wali Kota mengatakan bahwa jumlah korban tewas bisa mencapai 20.000 orang – sekitar seperlima dari populasi kota – berdasarkan perkiraan mereka yang tinggal di daerah yang tersapu banjir.

Badan cuaca dan iklim PBB mengatakan sebagian besar kematian sebenarnya bisa dihindari jika pihak berwenang mempunyai sistem peringatan yang lebih baik.

“Mereka bisa saja mengeluarkan peringatan dan pasukan manajemen darurat bisa melakukan evakuasi warga, dan kita bisa menghindari sebagian besar korban jiwa,” kata Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia, kepada wartawan di Jenewa menurut kantor berita AFP.



Badan tersebut mengatakan minggu ini bahwa mereka mengeluarkan peringatan 72 jam sebelum bendungan runtuh, termasuk menghubungi pihak berwenang Libya dan membuat pernyataan kepada media.

Hal ini menyebabkan keadaan darurat diumumkan di negara Afrika Utara tersebut.

Sehari sebelum badai melanda Libya, Wali Kota mengatakan pada konferensi pers bahwa beberapa daerah di sekitar bendungan harus dievakuasi. Namun komite darurat yang dibentuk oleh Kementerian Dalam Negeri di wilayah timur malah memerintahkan jam malam.

Juru bicara wali kota juga mengatakan bendungan di kota tersebut tidak lagi dirawat sejak tahun 2008 karena perselisihan politik di Libya.

Presiden Dewan Kepresidenan Libya, Mohamed Manfi, mengatakan di X, jejaring sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa jaksa penuntut umum di negara tersebut akan membuka penyelidikan atas kemungkinan kelalaian yang berkontribusi terhadap bencana tersebut.



(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More