10 Kota yang Identik dengan Gangguan Psikologis, Nomor 4 Banyak Orang Ingin Bunuh Diri

Minggu, 27 Agustus 2023 - 19:30 WIB
Sindrom tersebut merupakan reaksi akut yang disebabkan oleh antisipasi dan kemudian pengalaman terhadap kekayaan budaya kota. Penderita sering kali dibawa ke rumah sakit langsung dari museum di Florence.

Gejala ringannya antara lain jantung berdebar, pusing, pingsan, dan halusinasi. Namun, sekitar dua pertiga dari penderitanya mengalami psikosis paranoid. Kebanyakan penderita dapat kembali ke rumah setelah beberapa hari istirahat.

Penderitaan ini juga dikenal sebagai “Sindrom Stendhal”, diambil dari nama penulis Perancis yang menggambarkan fenomena tersebut selama kunjungannya ke Florence pada tahun 1817. Saat mengunjungi Basilika Salib Suci, tempat Machiavelli, Michelangelo, dan Galileo dimakamkan, dia “berada di semacam ekstasi… Saya mencapai titik di mana seseorang menemukan sensasi surgawi… Saya berjalan dengan rasa takut terjatuh.”

4. Sindrom Venesia

Agak lebih mengerikan dibandingkan kondisi sebelumnya, Sindrom Venesia menggambarkan perilaku orang yang bepergian ke Venesia dengan niat bunuh diri di kota.

Antara tahun 1988 dan 1995, 51 pengunjung asing didiagnosis demikian. Subjeknya adalah laki-laki dan perempuan, namun kelompok terbesar berasal dari Jerman. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh dampak budaya dari Death in Venice, novel karya penulis Jerman Thomas Mann, yang kemudian diangkat menjadi film.

Namun, kelompok lain dalam kelompok tersebut berasal dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, serta negara-negara lain. Secara keseluruhan, 16 orang berhasil dalam misi bunuh diri mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai fenomena tersebut—terutama dengan mewawancarai 35 orang yang selamat—tampaknya “dalam imajinasi kolektif orang-orang romantis, hubungan Venesia dengan kemunduran dan dekadensi merupakan simbol yang berulang.”

5. Sindrom Stockholm



Foto/Reuters

Tiga sindrom kota terkait terkait dengan situasi penyanderaan, yang paling terkenal terjadi di ibu kota Swedia. Menurut artikel di Names, sekitar satu dari empat orang yang dianiaya, diculik, atau disandera mengembangkan keterikatan emosional atau rasa kesetiaan terhadap penculik atau pelaku kekerasan. Bahkan ada yang mulai aktif bekerja sama, melewati batas dari korban ke pelaku.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More