China Terus Dorong Sinifikasi, Warga Tibet Khawatirkan Genosida Kultural
Rabu, 09 Agustus 2023 - 14:58 WIB
Tujuan China ini diduga untuk mengambil sumber daya mineral dan energi dari kawasan-kawasan barat seperti Tibet, dan kemudian menggunakannya untuk sektor industri serta manufaktur di sejumlah provinsi di wilayah tengah demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Di akhir abad ke-20, Kebijakan Pertumbuhan Wilayah Barat China diterapkan, di mana China ingin mendorong integrasi sosial ekonomi di kawasan-kawasan barat meliputi Tibet.
Sebagai bagian dari kebijakan, China berusaha merelokasi lebih dari 58.000 petani Han ke Tibet di bawah Proyek Pengurangan Kemiskinan Wilayah Barat.
China melanjutkan kebijakan supresi dan intervensi di bidang spiritual dan budaya Buddha Tibet. Represi China sering menargetkan pemuka agama Tibet, sebuah fenomena yang bahkan sudah terjadi sebelum Revolusi Budaya Mao Zedong.
China menerapkan larangan ketat seputar foto Dalai Lama, dan melarang selebrasi festival-festival di Tibet. China juga berusaha untuk mengintervensi wewenang menominasikan Dalai lama berikutnya, mencoba mengganti sosok tersebut dengan pilihan sendiri yang nantinya akan cenderung mendukung Partai Komunis China (PKC).
Dalam mendorong sinifikasi di Tibet, China terus “menyerang” bahasa Tibet dan mencoba memaksakan bahasa Mandarin sebagai medium pembelajaran di kawasan. Human Rights Watch (HRW) dalam laporannya mengatakan; “Kebijakan ini mengikis kemampuan anak-anak dalam berbahasa Tibet, dan juga memaksa mereka mengonsumsi ideologi politik dan ide-ide yang bertentangan dengan apa yang diajarkan orang tua dan komunitas mereka."
Sementara dalam laporan EFE baru-baru ini disebutkan ada begitu banyak sekolah tipe boarding school di Tibet, dengan 1 juta anak-anak di dalamnya.
EFE menyebut sekolah-sekolah itu dapat dikatakan sebagai "kamp detensi”. Sekolah semacam itu dilaporkan telah dibangun dengan tujuan memaksakan asimilasi generasi muda Tibet ke budaya Han.
Laporan terbaru mengindikasikan bagaimana proses sinifikasi ini telah mendapat banyak penguatan di bawah kekuasaan Presiden Xi Jinping. Dalam salah satu pernyataan publiknya, Xi Jinping sempat menyerukan mengenai "peningkatan sinifikasi Tibet”. Pernyataan tersebut memicu kecaman luas dari seluruh dunia.
PKC disebut-sebut sedang menjalankan kampanye "re-edukasi patriotik" di Tibet di lokasi-lokasi yang dapat dibilang mirip dengan kamp konsentrasi. Di kamp seperti itu, warga Tibet ditahan, dan dipaksa menjalankan propaganda pro-pemerintah, dan bahkan dilaporkan juga mengalami penyiksaan.
Di akhir abad ke-20, Kebijakan Pertumbuhan Wilayah Barat China diterapkan, di mana China ingin mendorong integrasi sosial ekonomi di kawasan-kawasan barat meliputi Tibet.
Sebagai bagian dari kebijakan, China berusaha merelokasi lebih dari 58.000 petani Han ke Tibet di bawah Proyek Pengurangan Kemiskinan Wilayah Barat.
China melanjutkan kebijakan supresi dan intervensi di bidang spiritual dan budaya Buddha Tibet. Represi China sering menargetkan pemuka agama Tibet, sebuah fenomena yang bahkan sudah terjadi sebelum Revolusi Budaya Mao Zedong.
China menerapkan larangan ketat seputar foto Dalai Lama, dan melarang selebrasi festival-festival di Tibet. China juga berusaha untuk mengintervensi wewenang menominasikan Dalai lama berikutnya, mencoba mengganti sosok tersebut dengan pilihan sendiri yang nantinya akan cenderung mendukung Partai Komunis China (PKC).
Dalam mendorong sinifikasi di Tibet, China terus “menyerang” bahasa Tibet dan mencoba memaksakan bahasa Mandarin sebagai medium pembelajaran di kawasan. Human Rights Watch (HRW) dalam laporannya mengatakan; “Kebijakan ini mengikis kemampuan anak-anak dalam berbahasa Tibet, dan juga memaksa mereka mengonsumsi ideologi politik dan ide-ide yang bertentangan dengan apa yang diajarkan orang tua dan komunitas mereka."
Sementara dalam laporan EFE baru-baru ini disebutkan ada begitu banyak sekolah tipe boarding school di Tibet, dengan 1 juta anak-anak di dalamnya.
EFE menyebut sekolah-sekolah itu dapat dikatakan sebagai "kamp detensi”. Sekolah semacam itu dilaporkan telah dibangun dengan tujuan memaksakan asimilasi generasi muda Tibet ke budaya Han.
Laporan terbaru mengindikasikan bagaimana proses sinifikasi ini telah mendapat banyak penguatan di bawah kekuasaan Presiden Xi Jinping. Dalam salah satu pernyataan publiknya, Xi Jinping sempat menyerukan mengenai "peningkatan sinifikasi Tibet”. Pernyataan tersebut memicu kecaman luas dari seluruh dunia.
PKC disebut-sebut sedang menjalankan kampanye "re-edukasi patriotik" di Tibet di lokasi-lokasi yang dapat dibilang mirip dengan kamp konsentrasi. Di kamp seperti itu, warga Tibet ditahan, dan dipaksa menjalankan propaganda pro-pemerintah, dan bahkan dilaporkan juga mengalami penyiksaan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda