Macron Sebut Perusuh Prancis Keracunan Video Game
Sabtu, 01 Juli 2023 - 07:21 WIB
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak orang tua di negara itu untuk menjaga anak-anaknya yang masih remaja untuk tetap di rumah untuk memadamkan kerusuhan yang menyebar di Prancis. Ia juga menyalahkan media sosial sebagai pemicu kekerasan.
Setelah pertemuan krisis kedua dengan para menteri senior, Presiden Prancis itu mengatakan bahwa media sosial memainkan perang penting dalam penyebaran kerusuhan yang dipicu oleh insiden seorang remaja 17 tahun ditembak mati polisi.
Macron mengatakan dia ingin media sosial seperti Snapchat dan TikTok menghapus konten sensitif dan kekerasan diatur secara online.
"Kadang-kadang kami merasa bahwa beberapa dari mereka hidup di jalanan dengan video game yang telah memabukkan mereka," kata Macron terkait para perusuh yang masih berusia muda seperti dikutip dari Evening Standard, Sabtu (1/7/2023).
Aksi protes dengan kekerasan menyebar ke seluruh Prancis setelah seorang remaja berusia 17 tahun, yang dalam laporan disebut sebagai Nahel M, ditembak oleh polisi saat dihentikan di Nanterre, pinggiran Paris pada Selasa lalu.
Warga Prancis turun ke jalan selama tiga malam berturut-turut untuk memprotes aksi penembakan itu. Mereka membakar mobil dan melempar batu serta kembang api.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, mengatakan bahwa 45.000 petugas polisi tambahan, termasuk polisi paramiliter, akan dikerahkan di seluruh Prancis pada Jumat waktu setempat. Jumlah ini lebih banyak 5.000 dari malam sebelumnya.
Darmanin juga mengeluarkan perintah untuk menghentikan layanan bus dan trem pada malam hari.
Polisi mengatakan 917 penangkapan dilakukan selama bentrokan pada Kamis malam hingga Jumat pagi. Para pejabat mengatakan usia rata-rata mereka yang ditahan adalah 17 tahun - dengan beberapa di antaranya berusia 13 tahun.
Lihat Juga: Bangsa Tak Tahu Terima Kasih! Presiden Prancis Tuding Netanyahu Tidak Boleh Lupa kalau Israel Dibentuk PBB
Setelah pertemuan krisis kedua dengan para menteri senior, Presiden Prancis itu mengatakan bahwa media sosial memainkan perang penting dalam penyebaran kerusuhan yang dipicu oleh insiden seorang remaja 17 tahun ditembak mati polisi.
Macron mengatakan dia ingin media sosial seperti Snapchat dan TikTok menghapus konten sensitif dan kekerasan diatur secara online.
"Kadang-kadang kami merasa bahwa beberapa dari mereka hidup di jalanan dengan video game yang telah memabukkan mereka," kata Macron terkait para perusuh yang masih berusia muda seperti dikutip dari Evening Standard, Sabtu (1/7/2023).
Aksi protes dengan kekerasan menyebar ke seluruh Prancis setelah seorang remaja berusia 17 tahun, yang dalam laporan disebut sebagai Nahel M, ditembak oleh polisi saat dihentikan di Nanterre, pinggiran Paris pada Selasa lalu.
Warga Prancis turun ke jalan selama tiga malam berturut-turut untuk memprotes aksi penembakan itu. Mereka membakar mobil dan melempar batu serta kembang api.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, mengatakan bahwa 45.000 petugas polisi tambahan, termasuk polisi paramiliter, akan dikerahkan di seluruh Prancis pada Jumat waktu setempat. Jumlah ini lebih banyak 5.000 dari malam sebelumnya.
Darmanin juga mengeluarkan perintah untuk menghentikan layanan bus dan trem pada malam hari.
Polisi mengatakan 917 penangkapan dilakukan selama bentrokan pada Kamis malam hingga Jumat pagi. Para pejabat mengatakan usia rata-rata mereka yang ditahan adalah 17 tahun - dengan beberapa di antaranya berusia 13 tahun.
Lihat Juga: Bangsa Tak Tahu Terima Kasih! Presiden Prancis Tuding Netanyahu Tidak Boleh Lupa kalau Israel Dibentuk PBB
(ian)
tulis komentar anda