Presiden Serbia: Pemimpin Kosovo Mimpikan Perang, Ingin Seperti Zelensky
Sabtu, 03 Juni 2023 - 12:57 WIB
BEOGRAD - Barat mengetahui bahwa polisi etnis Albania Kosovo yang memulai kerusuhan pada hari Senin di mana 30 penjaga perdamaian KFOR terluka, tetapi akan terus mendukung Pristina. Hal itu diungkapkan Presiden Serbia Aleksandar Vucic.
“Pertarungan dimulai oleh apa yang disebut polisi Kosovo, bukan NATO,” kata Vucic kepada Prva TV dalam wawancara 90 menit.
Ia mengatakan polisi etnis Albania pertama-tama menangkap dua etnis Serbia dan menembak yang lain, yang hampir tidak selamat, sementara satu-satunya gambar yang kita lihat adalah tentara NATO yang terluka.
“Semua orang di Barat tahu ini salah Pristina. Tapi (Perdana Menteri Kosovo Albin) Kurti tahu bahwa apa pun yang dia lakukan, Amerika, Jerman, dan Inggris akan melindungi apa yang disebut kemerdekaan Kosovo,” ucap Vucic seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (3/6/2023).
Kekerasan meletus di Kosovo hari Senin lalu saat etnis Serbia melakukan protes terhadap walikota etnis Albania Zvecan, yang dilantik setelah pemilihan di mana jumlah pemilih satu digit karena boikot Serbia. Setelah sebelumnya mengatakan pemungutan suara itu sah, Uni Eropa kini telah meminta Pristina untuk mengadakan pemilihan baru.
Terlepas dari seruan untuk pemungutan suara baru, Vucic mengatakan dia tidak optimis, karena konflik dapat meningkat kapan saja. UE telah meminta "kedua belah pihak untuk mulai bekerja" pada sesuatu yang seharusnya diterapkan oleh etnis Albania 10 tahun lalu, kata Vucic.
"(Kurti) tidak akan berhenti mengirim polisi khusus ke wilayah mayoritas Serbia di utara Kosovo," kata Vucic.
“Saya melihat artikel bagus oleh seorang Albania hari ini, yang menulis bahwa Kurti 'memimpikan perang'. Dia ingin menjadi (seperti Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky,” tambah presiden Serbia itu.
“Yang bisa mereka bicarakan hanyalah sanksi terhadap Rusia,” ucap Vucic.
Berbicara kepada Washington Post pada hari Kamis, Kurti menyalahkan Beograd karena menghasut "massa kekerasan" di Kosovo. Dia berargumen bahwa Pristina tidak punya pilihan selain mendukung Wali Kota Albania, terlepas dari boikotnya.
"Siapa lagi yang bisa masuk ke kantor ini?" katanya.
NATO menguasai Kosovo pada tahun 1999, setelah melancarkan perang udara selama 78 hari melawan Serbia atas nama separatis etnis Albania. Pemerintah sementara di Pristina mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2008, meskipun Resolusi Dewan Keamanan PBB 1244 menegaskan integritas teritorial Serbia. Penolakan Beograd untuk mengakui pemisahan diri telah didukung oleh sekitar separuh negara di dunia, termasuk Rusia, China, dan India.
“Pertarungan dimulai oleh apa yang disebut polisi Kosovo, bukan NATO,” kata Vucic kepada Prva TV dalam wawancara 90 menit.
Ia mengatakan polisi etnis Albania pertama-tama menangkap dua etnis Serbia dan menembak yang lain, yang hampir tidak selamat, sementara satu-satunya gambar yang kita lihat adalah tentara NATO yang terluka.
“Semua orang di Barat tahu ini salah Pristina. Tapi (Perdana Menteri Kosovo Albin) Kurti tahu bahwa apa pun yang dia lakukan, Amerika, Jerman, dan Inggris akan melindungi apa yang disebut kemerdekaan Kosovo,” ucap Vucic seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (3/6/2023).
Kekerasan meletus di Kosovo hari Senin lalu saat etnis Serbia melakukan protes terhadap walikota etnis Albania Zvecan, yang dilantik setelah pemilihan di mana jumlah pemilih satu digit karena boikot Serbia. Setelah sebelumnya mengatakan pemungutan suara itu sah, Uni Eropa kini telah meminta Pristina untuk mengadakan pemilihan baru.
Terlepas dari seruan untuk pemungutan suara baru, Vucic mengatakan dia tidak optimis, karena konflik dapat meningkat kapan saja. UE telah meminta "kedua belah pihak untuk mulai bekerja" pada sesuatu yang seharusnya diterapkan oleh etnis Albania 10 tahun lalu, kata Vucic.
"(Kurti) tidak akan berhenti mengirim polisi khusus ke wilayah mayoritas Serbia di utara Kosovo," kata Vucic.
“Saya melihat artikel bagus oleh seorang Albania hari ini, yang menulis bahwa Kurti 'memimpikan perang'. Dia ingin menjadi (seperti Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky,” tambah presiden Serbia itu.
“Yang bisa mereka bicarakan hanyalah sanksi terhadap Rusia,” ucap Vucic.
Berbicara kepada Washington Post pada hari Kamis, Kurti menyalahkan Beograd karena menghasut "massa kekerasan" di Kosovo. Dia berargumen bahwa Pristina tidak punya pilihan selain mendukung Wali Kota Albania, terlepas dari boikotnya.
"Siapa lagi yang bisa masuk ke kantor ini?" katanya.
NATO menguasai Kosovo pada tahun 1999, setelah melancarkan perang udara selama 78 hari melawan Serbia atas nama separatis etnis Albania. Pemerintah sementara di Pristina mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2008, meskipun Resolusi Dewan Keamanan PBB 1244 menegaskan integritas teritorial Serbia. Penolakan Beograd untuk mengakui pemisahan diri telah didukung oleh sekitar separuh negara di dunia, termasuk Rusia, China, dan India.
(ian)
tulis komentar anda