Mengenal Zoroaster, Agama Monoteis Tertua di Dunia yang Dikira Menyembah Api
Sabtu, 03 Juni 2023 - 00:01 WIB
Penaklukan Muslim di Persia antara tahun 633 hingg 651 M menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Persia Sassania dan penurunan agama Zoroastrianisme di Iran. Seiring waktu, sebagian besar Zoroastrian Iran masuk Islam.
Faravahar adalah simbol kuno kepercayaan Zoroastrianisme. Itu menggambarkan seorang pria berjanggut dengan satu tangan terulur ke depan. Dia berdiri di atas sepasang sayap yang terentang dari sebuah lingkaran yang melambangkan keabadian.
Api adalah simbol penting Zoroastrianisme lainnya, karena melambangkan cahaya, kehangatan, dan memiliki kekuatan pemurnian. Beberapa penganut Zoroastrian juga mengenali pohon cemara yang selalu hijau sebagai simbol kehidupan abadi.
Api—-bersama air-—dipandang sebagai simbol kemurnian dalam agama Zoroastrianisme. Lantaran menjadi salah satu simbol, penganut Zoroastrianisme kerap disalahpahami sebagai penyembah api. Mereka sebenarnya menyembah satu Tuhan atau Dewa yang mereka sebut Ahura Mazda.
Tempat ibadah agama ini disebut kuil api. Setiap kuil api berisi altar dengan api abadi yang menyala terus-menerus dan tidak pernah padam.
Menurut legenda, tiga kuil api Zoroastrianisme kuno, yang dikenal sebagai api besar, konon berasal langsung dari Dewa Ahura Mazda, pada awal zaman. Para arkeolog telah mencari tempat-tempat ini, meskipun tidak jelas apakah api besar itu pernah ada atau hanya mitos belaka.
Zoroaster memberikan "penguburan langit" mereka yang mati. Mereka membangun menara melingkar dengan puncak datar yang disebut dakhma, atau menara kesunyian. Di sana, mayat terpapar unsur-unsur—dan burung nasar lokal—sampai tulangnya diambil bersih dan diputihkan. Kemudian mereka dikumpulkan dan ditempatkan di lubang kapur yang disebut osuarium.
Dakhma telah ilegal di Iran sejak tahun 1970-an. Banyak penganut Zoroastrianisme saat ini menguburkan jenazah mereka di bawah lempengan beton, meskipun beberapa orang Parsi di India masih mempraktikkan penguburan langit. Sebuah dakhma tetap beroperasi di dekat Mumbai, India.
Simbol dan Keyakinan Zoroastrianisme
Faravahar adalah simbol kuno kepercayaan Zoroastrianisme. Itu menggambarkan seorang pria berjanggut dengan satu tangan terulur ke depan. Dia berdiri di atas sepasang sayap yang terentang dari sebuah lingkaran yang melambangkan keabadian.
Api adalah simbol penting Zoroastrianisme lainnya, karena melambangkan cahaya, kehangatan, dan memiliki kekuatan pemurnian. Beberapa penganut Zoroastrian juga mengenali pohon cemara yang selalu hijau sebagai simbol kehidupan abadi.
Api—-bersama air-—dipandang sebagai simbol kemurnian dalam agama Zoroastrianisme. Lantaran menjadi salah satu simbol, penganut Zoroastrianisme kerap disalahpahami sebagai penyembah api. Mereka sebenarnya menyembah satu Tuhan atau Dewa yang mereka sebut Ahura Mazda.
Tempat Ibadah Zoroastrianisme
Tempat ibadah agama ini disebut kuil api. Setiap kuil api berisi altar dengan api abadi yang menyala terus-menerus dan tidak pernah padam.
Menurut legenda, tiga kuil api Zoroastrianisme kuno, yang dikenal sebagai api besar, konon berasal langsung dari Dewa Ahura Mazda, pada awal zaman. Para arkeolog telah mencari tempat-tempat ini, meskipun tidak jelas apakah api besar itu pernah ada atau hanya mitos belaka.
Zoroaster memberikan "penguburan langit" mereka yang mati. Mereka membangun menara melingkar dengan puncak datar yang disebut dakhma, atau menara kesunyian. Di sana, mayat terpapar unsur-unsur—dan burung nasar lokal—sampai tulangnya diambil bersih dan diputihkan. Kemudian mereka dikumpulkan dan ditempatkan di lubang kapur yang disebut osuarium.
Dakhma telah ilegal di Iran sejak tahun 1970-an. Banyak penganut Zoroastrianisme saat ini menguburkan jenazah mereka di bawah lempengan beton, meskipun beberapa orang Parsi di India masih mempraktikkan penguburan langit. Sebuah dakhma tetap beroperasi di dekat Mumbai, India.
tulis komentar anda