Erdogan Kalah dalam Survei tapi Menang Pilpres Turki, Ini Penjelasannya
Selasa, 30 Mei 2023 - 09:44 WIB
Sebuah survei menjelang pemungutan suara awal dari lembaga Metropoll juga menunjukkan pemungutan suara akan berlanjut ke putaran kedua, dengan Kılıçdaroğlu mendapatkan 49,1% dan Erdoğan 46,9%. Dalam putaran kedua, menurut lembaga itu, Kılıçdaroğlu menang dengan 51,3%.
Faktanya, Erdogan yang diprediksi kalah oleh lembaga-lembaga survei justru keluar sebagai pemenang.
Sementara Erdogan merayakan kemenangannya, para analis mencela pilpres tersebut dengan menganggapnya "tidak adil", meratapi masa depan demokrasi di Turki dan meramalkan lebih banyak ketegangan dalam hubungan dengan Barat.
Pilpres ini secara luas dianggap sebagai tantangan terbesar dalam karier politik Erdogan yang panjang. Tempat pemungutan suara membuka pintunya bagi para pemilih pada saat negara itu masih terhuyung-huyung setelah gempa dahsyat 6 Februari dan publik marah pada bagaimana pemerintah Erdogan salah menangani krisis.
Bencana tersebut memperparah perjuangan nasional yang sudah ada sebelumnya karena banyak tantangan, termasuk krisis biaya hidup yang parah, mata uang yang anjlok, dan cadangan devisa yang menipis.
Sarjana non-residen di Middle East Institute, Howard Eissenstat, mengatakan kepada Al Arabiya English,Selasa (30/5/2023),bahwa kecerdasan politik dan kemampuan Erdogan untuk terhubung dengan basisnya merupakan faktor kunci dalam kemenangannya.
Terlepas dari keadaan ekonomi yang mengerikan dan kemarahan publik atas kesalahan manajemen pemerintah dalam tanggap gempa, Erdogan berhasil menyalurkan harapan dan impian para pendukungnya.
Faktanya, Erdogan yang diprediksi kalah oleh lembaga-lembaga survei justru keluar sebagai pemenang.
Sementara Erdogan merayakan kemenangannya, para analis mencela pilpres tersebut dengan menganggapnya "tidak adil", meratapi masa depan demokrasi di Turki dan meramalkan lebih banyak ketegangan dalam hubungan dengan Barat.
Bagaimana Erdogan Menang?
Pilpres ini secara luas dianggap sebagai tantangan terbesar dalam karier politik Erdogan yang panjang. Tempat pemungutan suara membuka pintunya bagi para pemilih pada saat negara itu masih terhuyung-huyung setelah gempa dahsyat 6 Februari dan publik marah pada bagaimana pemerintah Erdogan salah menangani krisis.
Bencana tersebut memperparah perjuangan nasional yang sudah ada sebelumnya karena banyak tantangan, termasuk krisis biaya hidup yang parah, mata uang yang anjlok, dan cadangan devisa yang menipis.
Sarjana non-residen di Middle East Institute, Howard Eissenstat, mengatakan kepada Al Arabiya English,Selasa (30/5/2023),bahwa kecerdasan politik dan kemampuan Erdogan untuk terhubung dengan basisnya merupakan faktor kunci dalam kemenangannya.
Terlepas dari keadaan ekonomi yang mengerikan dan kemarahan publik atas kesalahan manajemen pemerintah dalam tanggap gempa, Erdogan berhasil menyalurkan harapan dan impian para pendukungnya.
tulis komentar anda