Israel Cuci Tangan atas Pembunuhan 20 Jurnalis di Tepi Barat dan Gaza
Jum'at, 12 Mei 2023 - 11:45 WIB
JALUR GAZA - Israel tidak bertanggung jawab atas pembunuhan 20 jurnalis selama dua dekade terakhir. Laporan pengawas pers mengungkapkan hal itu pada peringatan tahun pertama pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh oleh pasukan Israel.
Laporan yang dirilis pada Selasa (9/5/2023) oleh Committee to Protect Journalists (CPJ) itu menunjukkan peta 20 lokasi di mana para wartawan terbunuh di Palestina dan Wilayah Pendudukannya sejak 2001, terdiri dari tujuh pembunuhan di Tepi Barat dan 13 pembunuhan di Jalur Gaza.
“Israel telah menunjukkan pola mengabaikan bukti dan kesaksian saksi dalam insiden penembakan itu selama 22 tahun terakhir,” ungkap laporan itu.
Menurut laporan itu, Israel membersihkan tentara dari kesalahan sementara penyelidikan masih berlangsung dan memberikan sedikit bantuan kepada keluarga jurnalis yang dibunuh.
Setidaknya dalam 13 kasus, laporan tersebut menemukan otoritas Israel telah menolak kesaksian saksi dan laporan independen tersebut.
Israel juga telah mengabaikan konflik kepentingan dalam rantai komando dan telah mengklasifikasikan hasil investigasi dengan menyembunyikannya dari publik. "Hasilnya selalu sama, tidak ada yang bertanggung jawab," papar laporan tersebut.
Laporan tersebut juga menemukan militer Israel secara konsisten gagal untuk mengenali dan menunjukkan rasa hormat terhadap lambang yang menunjukkan pers dan jurnalis, dan menuduh jurnalis melakukan terorisme tanpa penjelasan.
Laporan CPJ muncul setahun setelah Shireen Abu Akleh, jurnalis Palestina-Amerika yang merupakan koresponden Al Jazeera, ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel dalam serangan militer di kota Jenin, Tepi Barat.
Laporan yang dirilis pada Selasa (9/5/2023) oleh Committee to Protect Journalists (CPJ) itu menunjukkan peta 20 lokasi di mana para wartawan terbunuh di Palestina dan Wilayah Pendudukannya sejak 2001, terdiri dari tujuh pembunuhan di Tepi Barat dan 13 pembunuhan di Jalur Gaza.
“Israel telah menunjukkan pola mengabaikan bukti dan kesaksian saksi dalam insiden penembakan itu selama 22 tahun terakhir,” ungkap laporan itu.
Menurut laporan itu, Israel membersihkan tentara dari kesalahan sementara penyelidikan masih berlangsung dan memberikan sedikit bantuan kepada keluarga jurnalis yang dibunuh.
Setidaknya dalam 13 kasus, laporan tersebut menemukan otoritas Israel telah menolak kesaksian saksi dan laporan independen tersebut.
Israel juga telah mengabaikan konflik kepentingan dalam rantai komando dan telah mengklasifikasikan hasil investigasi dengan menyembunyikannya dari publik. "Hasilnya selalu sama, tidak ada yang bertanggung jawab," papar laporan tersebut.
Laporan tersebut juga menemukan militer Israel secara konsisten gagal untuk mengenali dan menunjukkan rasa hormat terhadap lambang yang menunjukkan pers dan jurnalis, dan menuduh jurnalis melakukan terorisme tanpa penjelasan.
Laporan CPJ muncul setahun setelah Shireen Abu Akleh, jurnalis Palestina-Amerika yang merupakan koresponden Al Jazeera, ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel dalam serangan militer di kota Jenin, Tepi Barat.
tulis komentar anda