Profil Yoav Gallant, Menhan Israel yang Dipecat karena Menentang PM Netanyahu
Selasa, 28 Maret 2023 - 12:05 WIB
TEL AVIV - Pada Minggu (26/3/2023), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memecat Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Pemecatan tersebut dilakukan oleh PM Netanyahu karena Yoav Gallant dianggap telah menentang reformasi peradilan.
Sebelumnya, Gallant menyatakan penolakannya atas rencana perubahan sistem peradilan oleh PM Netanyahu.
Hal ini lantaran sistem tersebut akan mengurangi peran Mahkamah Agung dan membuat politisi memiliki lebih banyak kendali.
Atas tindakan Netanyahu itu, masyarakat Israel pun menganggap sang perdana menteri telah berlaku seperti seorang diktator dan bisa mengancam keamanan negara. Netanyahu juga dinilai oleh sejumlah pihak tidak pantas melakukan hal tersebut.
Pemecatan Gallant berujung pada aksi turun ke jalan besar-besaran yang dilakukan oleh puluhan ribu warga Israel. Tidak hanya di Tel Aviv, gelombang massa juga tampak berdemonstrasi di Haifa, Bersyeba, dan Yerusalem.
Yoav Gallant pun menjadi pejabat pertama yang terpinggirkan karena keberaniannya menentang Netanyahu. Lantas, bagaimana profil Yoav Gallant?
Yoav Gallant adalah seorang jenderal dan komandan Komando Selatan di Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Ia lahir pada November 1958 di Jaffa dari pasangan Michael dan Frauma. Fruma, sang ibu, adalah korban kekejaman Holocaust yang selamat dari tragedi tersebut.
Sedangkan ayahnya, Michael, seorang militer yang menjadi anggota Givati Brigade saat Perang Arab-Israel tahun 1948.
Nama Yoav yang tersemat pada dirinya merupakan pemberian sang ayah yang terinspirasi dari nama operasi militer yang diikutinya saat itu, Operasi Yoav.
Pada 1977, Yoav Gallant memulai kariernya di komando Angkatan Laut di armada ke-13. Ia sempat bekerja sebagai penebang pohon seiring dengan kepindahannya ke Alaska, setelah enam tahun berkarier di AL.
Beberapa tahun kemudian, Gallant kembali ke Angkatan Laut hingga akhirnya ditunjuk menjadi Komandan Armada ke-13.
Ia kemudian memilih pindah ke Angkatan Darat dan bertugas di komando Brigade Menashe (Jenin) pada 1993. Gallant menapaki kariernya dengan pasti.
Pada 2001, ia menempati posisi Kepala Staf Markas Besar Angkatan Darat GOC. Di tahun selanjutnya, Gallant diangkat sebagai Sekretaris Militer Perdana Menteri serta naik pangkat menjadi Mayor Jenderal.
Periode 2005-2010, Gallant mengabdi sebagai Komandan Komando Selatan. Di masa jabatannya itu, ia memerintahkan Operasi Cast Lead untuk melawan pejuang Hamas di Jalur Gaza.
Pujian diperolehnya lantaran operasi tersebut berhasil. Hal ini membuat Gallant menjadi kandidat Kepala Staf IDF (Israel Defense Forces).
Bahkan PM Netanyahu menyatakan bahwa Gallant adalah komandan yang berani dan telah membuktikan dirinya berjuang di garis depan IDF selama 33 tahun.
Namun, karena diberitakan terlibat skandal pengambilalihan lahan publik, PM Netanyahu membatalkan penunjukkan Gallant untuk mengisi posisi Kepala Staf IDF, pada 2011.
Gallant lalu terpilih menjadi anggota parlemen, setelah bergabung dengan partai baru Kulanu pada tahun 2015. Selanjutnya, ia berada di kursi pemerintahan sebagai menteri.
Yoav Gallant menjabat Menteri Konstruksi dan Pembangunan periode 2015-2019, Menteri Aliyah dan Integrasi pada 2019-2020, Menteri Pendidikan pada 2020-2021, hingga akhirnya dipercaya menjadi Menteri Pertahanan pada 2022.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
Pemecatan tersebut dilakukan oleh PM Netanyahu karena Yoav Gallant dianggap telah menentang reformasi peradilan.
Sebelumnya, Gallant menyatakan penolakannya atas rencana perubahan sistem peradilan oleh PM Netanyahu.
Hal ini lantaran sistem tersebut akan mengurangi peran Mahkamah Agung dan membuat politisi memiliki lebih banyak kendali.
Atas tindakan Netanyahu itu, masyarakat Israel pun menganggap sang perdana menteri telah berlaku seperti seorang diktator dan bisa mengancam keamanan negara. Netanyahu juga dinilai oleh sejumlah pihak tidak pantas melakukan hal tersebut.
Pemecatan Gallant berujung pada aksi turun ke jalan besar-besaran yang dilakukan oleh puluhan ribu warga Israel. Tidak hanya di Tel Aviv, gelombang massa juga tampak berdemonstrasi di Haifa, Bersyeba, dan Yerusalem.
Yoav Gallant pun menjadi pejabat pertama yang terpinggirkan karena keberaniannya menentang Netanyahu. Lantas, bagaimana profil Yoav Gallant?
Yoav Gallant adalah seorang jenderal dan komandan Komando Selatan di Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Ia lahir pada November 1958 di Jaffa dari pasangan Michael dan Frauma. Fruma, sang ibu, adalah korban kekejaman Holocaust yang selamat dari tragedi tersebut.
Sedangkan ayahnya, Michael, seorang militer yang menjadi anggota Givati Brigade saat Perang Arab-Israel tahun 1948.
Nama Yoav yang tersemat pada dirinya merupakan pemberian sang ayah yang terinspirasi dari nama operasi militer yang diikutinya saat itu, Operasi Yoav.
Pada 1977, Yoav Gallant memulai kariernya di komando Angkatan Laut di armada ke-13. Ia sempat bekerja sebagai penebang pohon seiring dengan kepindahannya ke Alaska, setelah enam tahun berkarier di AL.
Beberapa tahun kemudian, Gallant kembali ke Angkatan Laut hingga akhirnya ditunjuk menjadi Komandan Armada ke-13.
Ia kemudian memilih pindah ke Angkatan Darat dan bertugas di komando Brigade Menashe (Jenin) pada 1993. Gallant menapaki kariernya dengan pasti.
Pada 2001, ia menempati posisi Kepala Staf Markas Besar Angkatan Darat GOC. Di tahun selanjutnya, Gallant diangkat sebagai Sekretaris Militer Perdana Menteri serta naik pangkat menjadi Mayor Jenderal.
Periode 2005-2010, Gallant mengabdi sebagai Komandan Komando Selatan. Di masa jabatannya itu, ia memerintahkan Operasi Cast Lead untuk melawan pejuang Hamas di Jalur Gaza.
Pujian diperolehnya lantaran operasi tersebut berhasil. Hal ini membuat Gallant menjadi kandidat Kepala Staf IDF (Israel Defense Forces).
Bahkan PM Netanyahu menyatakan bahwa Gallant adalah komandan yang berani dan telah membuktikan dirinya berjuang di garis depan IDF selama 33 tahun.
Namun, karena diberitakan terlibat skandal pengambilalihan lahan publik, PM Netanyahu membatalkan penunjukkan Gallant untuk mengisi posisi Kepala Staf IDF, pada 2011.
Gallant lalu terpilih menjadi anggota parlemen, setelah bergabung dengan partai baru Kulanu pada tahun 2015. Selanjutnya, ia berada di kursi pemerintahan sebagai menteri.
Yoav Gallant menjabat Menteri Konstruksi dan Pembangunan periode 2015-2019, Menteri Aliyah dan Integrasi pada 2019-2020, Menteri Pendidikan pada 2020-2021, hingga akhirnya dipercaya menjadi Menteri Pertahanan pada 2022.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
(sya)
tulis komentar anda