Eks Jenderal Amerika: China Ungguli AS soal Militer
Minggu, 12 Maret 2023 - 00:03 WIB
Presiden Joe Biden mengatakan dia akan mengirim pasukan untuk melawan invasi darat China jika benar-benar terjadi, yang kemungkinan akan memicu respons dari sekutu regional AS lainnya dan dapat membuat bentuk serangan ini mahal dan mematikan bagi semua pihak yang terlibat.
Tapi itu juga menimbulkan pertanyaan apakah AS mampu terlibat pertempuran dengan China dalam serangan kinetik tradisional seperti perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Sebuah latihan perang yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) awal tahun ini mensimulasikan apa yang akan terjadi setelah serangan amfibi di Taiwan oleh Republik Rakyat China, dan mengungkapkan bahwa AS kemungkinan akan kehabisan rudal presisi jarak jauh dalam waktu seminggu.
“Satu-satunya keunggulan militer yang kami miliki adalah kapal selam nuklir kami,” kata Keane, menunjukkan bahwa bahkan dengan keunggulan itu, AS masih membutuhkan lebih banyak kapal selam khusus ini.
Namun, Keane berpendapat bahwa bentuk peperangan ini tidak mungkin menjadi cara China untuk benar-benar akan melakukan serangan, yang menurut pejabat Pentagon, telah dijadwalkan oleh Presiden China Xi Jinping pada tahun 2027 mendatang.
“Skenario yang lebih mungkin adalah karantina atau blokade Taiwan di mana China akan berusaha untuk mengontrol wilayah udara, serta jalur laut, dan menguasainya tanpa melepaskan tembakan,” kata pensiunan jenderal bintang empat Amerika tersebut.
China secara teratur menindas dan mengintimidasi Taiwan dengan mengirim pesawat tempur dan kapal Angkatan Laut ke dekat pulau itu, yang menurut salah satu komandan Angkatan Udara Pasifik AS minggu ini akan memainkan peran kunci dalam menghentikan China jika ingin meluncurkan serangan kinetik terhadap Taiwan.
Berbicara kepada wartawan di "Air & Space Forces Association Warfare Symposium" di Colorado pada hari Rabu lalu, Jenderal Kenneth Wilsbach—salah satu komandan Angkatan Udara Pasifik AS—berkata, "Anda melihat ketika Ketua DPR Pelosi pergi ke Taiwan apa yang [China] lakukan dengan kapal mereka. Mereka menempatkannya di sisi timur Taiwan... sebagai semacam blokade."
Tapi itu juga menimbulkan pertanyaan apakah AS mampu terlibat pertempuran dengan China dalam serangan kinetik tradisional seperti perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Baca Juga
Sebuah latihan perang yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) awal tahun ini mensimulasikan apa yang akan terjadi setelah serangan amfibi di Taiwan oleh Republik Rakyat China, dan mengungkapkan bahwa AS kemungkinan akan kehabisan rudal presisi jarak jauh dalam waktu seminggu.
“Satu-satunya keunggulan militer yang kami miliki adalah kapal selam nuklir kami,” kata Keane, menunjukkan bahwa bahkan dengan keunggulan itu, AS masih membutuhkan lebih banyak kapal selam khusus ini.
Namun, Keane berpendapat bahwa bentuk peperangan ini tidak mungkin menjadi cara China untuk benar-benar akan melakukan serangan, yang menurut pejabat Pentagon, telah dijadwalkan oleh Presiden China Xi Jinping pada tahun 2027 mendatang.
“Skenario yang lebih mungkin adalah karantina atau blokade Taiwan di mana China akan berusaha untuk mengontrol wilayah udara, serta jalur laut, dan menguasainya tanpa melepaskan tembakan,” kata pensiunan jenderal bintang empat Amerika tersebut.
China secara teratur menindas dan mengintimidasi Taiwan dengan mengirim pesawat tempur dan kapal Angkatan Laut ke dekat pulau itu, yang menurut salah satu komandan Angkatan Udara Pasifik AS minggu ini akan memainkan peran kunci dalam menghentikan China jika ingin meluncurkan serangan kinetik terhadap Taiwan.
Berbicara kepada wartawan di "Air & Space Forces Association Warfare Symposium" di Colorado pada hari Rabu lalu, Jenderal Kenneth Wilsbach—salah satu komandan Angkatan Udara Pasifik AS—berkata, "Anda melihat ketika Ketua DPR Pelosi pergi ke Taiwan apa yang [China] lakukan dengan kapal mereka. Mereka menempatkannya di sisi timur Taiwan... sebagai semacam blokade."
tulis komentar anda