China Rilis Dokumen Konsep Keamanan Global, Kritik Keras Sanksi Sepihak
Selasa, 21 Februari 2023 - 21:18 WIB
China juga membuat seruan untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara eksklusif melalui diplomasi.
“Perang dan sanksi bukanlah solusi mendasar untuk perselisihan; hanya dialog dan konsultasi yang efektif dalam menyelesaikan perbedaan,” papar dokumen itu.
Dokumen itu menambahkan, “Menyalahgunakan sanksi sepihak… tidak menyelesaikan masalah, tetapi hanya menciptakan lebih banyak kesulitan dan komplikasi.”
Menyikapi konflik antara Moskow dan Kiev, dokumen tersebut menyoroti kebutuhan untuk “mendukung penyelesaian politik atas isu-isu penting seperti krisis Ukraina melalui dialog dan negosiasi.”
Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan inisiatif tersebut berusaha membangun komunitas manusia dengan masa depan bersama, terbuka dan inklusif bagi negara mana pun untuk bergabung.
Gagasan inisiatif tersebut pertama kali dikemukakan Presiden China Xi Jinping pada April 2022 sebagai sarana untuk “menjunjung tinggi prinsip keamanan yang tak terpisahkan” di dunia.
Peluncuran dokumen itu terjadi sehari setelah China merilis laporan berjudul “US Hegemony and its Perils” yang mengecam Washington karena meningkatkan persaingan kekuatan besar di seluruh dunia, melakukan “revolusi warna”, dan memicu ketegangan regional dengan kedok mempromosikan demokrasi.
“Perang dan sanksi bukanlah solusi mendasar untuk perselisihan; hanya dialog dan konsultasi yang efektif dalam menyelesaikan perbedaan,” papar dokumen itu.
Dokumen itu menambahkan, “Menyalahgunakan sanksi sepihak… tidak menyelesaikan masalah, tetapi hanya menciptakan lebih banyak kesulitan dan komplikasi.”
Menyikapi konflik antara Moskow dan Kiev, dokumen tersebut menyoroti kebutuhan untuk “mendukung penyelesaian politik atas isu-isu penting seperti krisis Ukraina melalui dialog dan negosiasi.”
Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan inisiatif tersebut berusaha membangun komunitas manusia dengan masa depan bersama, terbuka dan inklusif bagi negara mana pun untuk bergabung.
Gagasan inisiatif tersebut pertama kali dikemukakan Presiden China Xi Jinping pada April 2022 sebagai sarana untuk “menjunjung tinggi prinsip keamanan yang tak terpisahkan” di dunia.
Peluncuran dokumen itu terjadi sehari setelah China merilis laporan berjudul “US Hegemony and its Perils” yang mengecam Washington karena meningkatkan persaingan kekuatan besar di seluruh dunia, melakukan “revolusi warna”, dan memicu ketegangan regional dengan kedok mempromosikan demokrasi.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda