Kais Saied Menang Pemilu Presiden Tunisia dengan Raih 72% Suara
A
A
A
TUNIS - Profesor Kais Saied menang pemilu presiden Tunisia dengan meraih 72,71% suara. Hasil resmi itu berdasarkan pengumuman Komisi Pemilu Tunisia.
"Saied mendapatkan 2,7 juta suara. Adapun lawannya, Nabil Karoui meraih satu juta suara dalam pemilu putaran akhir," ungkap pernyataan Komisi Pemilu Tunisia pada Selasa (15/10).
Karoui merupakan pebisnis yang dipenjara selama sebagian besar masa kampanye. Dia mengakui kekalahannya pada Senin (14/10).
"Partisipasi pemilih 55%, lebih tinggi dibandingkan pemilu putaran pertama pada 15 September," papar Komisi Pemilu.
Pemilu itu merupakan pesta demokrasi kedua yang terselenggara secara bebas sejak revolusi 2010-2011 yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali.
Saied, 61, merupakan kandidat presiden dari kubu independen tanpa pengalaman politik. Dia didukung oleh konservatif Partai Ennahdha. Dia berjanji memerangi korupsi dan mendukung desentralisasi.
Sikapnya yang keras membuat dia dijuluki "Robocop" selama kampanye. Adapun prinsipnya yang anti-kemapanan membuat dia didukung para pemilih muda yang kecewa dengan para politisi yang dianggap gagal memperbaiki kehidupan masyarakat sejak Arab Spring.
Sebanyak 90% pemilih berusia 18-25 tahun mendukung Saied berdasarkan survei yang dilakukan Sigma. Adapun 49,2% pemilih berumur di atas 60 tahun.
Saied menyatakan kemenangannya merupakan revolusi dalam legitimasi konstitusional. "Terima kasih untuk mereka yang membuka halaman baru dalam sejarah. Untuk mereka yang tidak memilih saya, terima kasih juga, karena mereka telah memilih dengan bebas," tutur dia.
Pria yang lahir di Ariana itu menghabiskan sebagian besar karirnya mengajar hukum di salah satu universitas di Tunis. Dia kemudian menjadi anggota komite pendukung parlemen saat menyusun konstitusi pasca-revolusi yang disahkan pada 2014.
"Saied mendapatkan 2,7 juta suara. Adapun lawannya, Nabil Karoui meraih satu juta suara dalam pemilu putaran akhir," ungkap pernyataan Komisi Pemilu Tunisia pada Selasa (15/10).
Karoui merupakan pebisnis yang dipenjara selama sebagian besar masa kampanye. Dia mengakui kekalahannya pada Senin (14/10).
"Partisipasi pemilih 55%, lebih tinggi dibandingkan pemilu putaran pertama pada 15 September," papar Komisi Pemilu.
Pemilu itu merupakan pesta demokrasi kedua yang terselenggara secara bebas sejak revolusi 2010-2011 yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali.
Saied, 61, merupakan kandidat presiden dari kubu independen tanpa pengalaman politik. Dia didukung oleh konservatif Partai Ennahdha. Dia berjanji memerangi korupsi dan mendukung desentralisasi.
Sikapnya yang keras membuat dia dijuluki "Robocop" selama kampanye. Adapun prinsipnya yang anti-kemapanan membuat dia didukung para pemilih muda yang kecewa dengan para politisi yang dianggap gagal memperbaiki kehidupan masyarakat sejak Arab Spring.
Sebanyak 90% pemilih berusia 18-25 tahun mendukung Saied berdasarkan survei yang dilakukan Sigma. Adapun 49,2% pemilih berumur di atas 60 tahun.
Saied menyatakan kemenangannya merupakan revolusi dalam legitimasi konstitusional. "Terima kasih untuk mereka yang membuka halaman baru dalam sejarah. Untuk mereka yang tidak memilih saya, terima kasih juga, karena mereka telah memilih dengan bebas," tutur dia.
Pria yang lahir di Ariana itu menghabiskan sebagian besar karirnya mengajar hukum di salah satu universitas di Tunis. Dia kemudian menjadi anggota komite pendukung parlemen saat menyusun konstitusi pasca-revolusi yang disahkan pada 2014.
(sfn)