Saudi Berpayung Perisai Rudal, tapi Serangan Kilang Minyak Akurat

Kamis, 19 September 2019 - 03:42 WIB
Saudi Berpayung Perisai Rudal, tapi Serangan Kilang Minyak Akurat
Saudi Berpayung Perisai Rudal, tapi Serangan Kilang Minyak Akurat
A A A
LONDON - Konferensi pers Arab Saudi yang membeberkan bukti-bukti serangan terhap dua kilang minyak Aramco memicu pertanyaan yang belum terjawab. Seorang pakar merasa heran, bagaimana mungkin serangan itu bisa dahsyat dan akurat karena Riyadh memiliki "payung" sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS).

Andreas Krieg, pakar di King's College London, mengatakan kepada Al Jazeera, menguraikan kejanggalan dari penjelasan Kementerian Pertahanan Arab Saudi dalam konferensi persnya hari Rabu.

"Pertanyaan yang diajukan tentang bagaimana mungkin serangan akurat dan menghantam target, mengingat Arab Saudi memiliki payung pertahanan yang jelas. Satu penjelasan adalah mereka (sistem-sistem perisai rudal) melawan rudal dan tembakan yang datang. Dari selatan dan bukan utara," kata Krieg.

Krieg menyebut konferensi pers oleh pihak Riyadh merupakan "pertempuran narasi". (Baca: Serangan Kilang Minyak Saudi Permalukan 6 Sistem Rudal Patriot AS )

"Saudi berusaha membuat laporan dan berusaha mendapatkan simpati dari komunitas internasional," katanya, yang dikutip Kamis (19/9/2019). "Yang paling penting, mereka berbicara kepada Washington. Mengetahui tentang pemerintahan. (Presiden Donald) Trump tidak ingin terlibat dalam konfrontasi militer di wilayah itu," paparnya.

Juru bicara Koalisi Arab untuk perang Yaman yang dipimpin Arab Saudi, Kolonel Turki al-Maliki, dalam konferensi pers di Riyadh mengatakan 25 pesawat tak berawak dan rudal digunakan dalam serangan pada Sabtu dini hari pekan lalu.

Dia menunjukkan puing-puing senjata di atas meja, foto udara dan foto close-up dari fasilitas Aramco yang rusak. Al-Maliki mengatakan drone-drone yang digunakan dalam serangan adalah kendaraan udara tak berawak (UAV) Delta-Wing Iran. UAV-UAV itu muncul dari utara ke selatan, sebelum akhirnya menyerang fasilitas minyak Abqaiq.

Berbicara atas nama Kementerian Pertahanan Saudi, al-Maliki menunjuk Iran sebagai pihak yang bersalah. "Peran destabilisasi yang dimainkan Iran dan para wakilnya di kawasan ini," katanya, seperti dikutip CNBC.

"Kami telah menyaksikan pertumbuhan yang berbeda dalam agresi Iran," ujarnya. "Serangan ini bukan terhadap Aramco atau Arab Saudi, (tapi) serangan terhadap komunitas internasional, seluruh ekonomi dunia, dan perdagangan global."

Teheran telah membantah keterlibatannya dalam serangan itu, dan menyebut tuduhan dari pejabat Saudi dan AS "tidak berarti" dan "tidak ada gunanya".

Menanggapi pertanyaan wartawan lain bagaimana Arab Saudi akan menanggapi serangan, petinggi militer Riyadh itu mengatakan; "Kami hanya alat militer...itu adalah keputusan otoritas politik (kerajaan)."

Al-Maliki mengatakan bahwa semua komponen militer diambil dan dianalisis dari fasilitas Aramco menunjuk pada Iran. "Serangan itu tidak mungkin berasal dari Yaman...(itu) tidak dalam jangkauan kemampuan dari pemberontak Houthi," ujarnya.

"Kami sedang bekerja sekarang untuk berbagi data yang kami miliki dari chip dengan para ahli PBB dan kami akan berbagi (bukti) dengan sekutu kami," imbuh al-Maliki.

"Proyektil datang dari utara. Saat ini, kami sedang bekerja untuk mengetahui persis titik peluncurannya," katanya.

Dua kilang minyak Aramco yang diserang adalah kilang minyak di Abqaiq dan Khura. Kilang minyak di Abqaiq merupakan kilang minyak terbesar di negara tersebut dan salah satu yang terbesar di dunia.

Serangan hebat itu merupakan terbaru dari serangkaian serangan yang selama ini melanda wilayah Arab Saudi. Negara itu diketahui memiliki enam batalion sistem pertahanan rudal Patriot buatan AS. Anggaran militer kerajaan itu juga sangat besar yakni USD83 miliar.

Sekadar perbandingan, anggaran pertahanan Rusia USD45 miliar dan Iran—rival Saudi—sebesar USD20 miliar.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7488 seconds (0.1#10.140)